Pernahku menyerah pada alun konstan
Sepakati suara dunia
Tunduk pada aturan mereka
Mungkin saja kusalah menelusur
Mencari yang tak pernah tercipta
Dunia tak menyediakan persona
Yang mengimaji di ruang fikirku
Kuberserah pada kebosanan nyata
Menjadi normal atas ukuran mereka
Nyaris jentikku menekan sumbu
Padamkan api imaji yang menari
Tiba - tiba kau hadir
muncul tepat di hadapku
Seketika jiwaku mengindra dirimu
Sesosok yang hidup di benakku
Masapun kulewati dengan mengharapmu
Rapal doa selalu tergumam
Kepada Tuhan pemilik jiwamu
Kubersungguh memintamu untuk diriku
Tak mudah kumeraihmu
Jalan kulalui berjejak darahku
Eksamen menusuk di setiap sudut
Hingga dayaku tinggal bersisa doa
Kini kita dipersatukan
Oleh bulan seribu bulan
Cinta kita bertumbuh kembang
Selnya membelah diri aktif
Genggam tanganku, wahai kekasih
Jadikan diriku sebabmu bahagia
Abdikan diriku dalam cintamu
Suaka cinta kita menuju
Cintaku tak berhenti di dunia
Kuingin berkasih sampai di surga
Bersamamu menyesap nikmat asasi
Yang terberkati renjana ilahi"
Artisia