Jumat, 26 Mei 2017
Jumat, 19 Mei 2017
MATI RASA SUDAH
"Ku hanya tak tau cara menerimamu
Tlah kucoba rendahkan diri
Agar kau mampu mancapaiku
Kau tetap tak mampu menjangkau
Mati sedikit ku demi sedikit
Setiap kali hadapi suburban pikirmu
Kenorakan pikirmu
Hanya menyeretku padanya
Yang pernah berdinasti
Dalam kekaisaran jiwaku
Namun kau tak jua membantu
Selalu meleset membaca diriku
Ku ingin lari
Menghilang dari titikmu
Rasa iba penjarakan langkahku
Kau begitu mengharap diriku
Kau merubahku menjadi robot
Penuhi inginmu tanpa cita selera
Mati rasa sudah semuaku
Jangan panggilku sayang
Kata itu mereaksi di bejana hati
Menjadi formula menjijikan
Buatku semakin hilang hasrat
Menangisku dalam perjamuan suci
Ku mengalah
Hingga kau bosan......"
Trudious Artisia
Tlah kucoba rendahkan diri
Agar kau mampu mancapaiku
Kau tetap tak mampu menjangkau
Mati sedikit ku demi sedikit
Setiap kali hadapi suburban pikirmu
Kenorakan pikirmu
Hanya menyeretku padanya
Yang pernah berdinasti
Dalam kekaisaran jiwaku
Namun kau tak jua membantu
Selalu meleset membaca diriku
Ku ingin lari
Menghilang dari titikmu
Rasa iba penjarakan langkahku
Kau begitu mengharap diriku
Kau merubahku menjadi robot
Penuhi inginmu tanpa cita selera
Mati rasa sudah semuaku
Jangan panggilku sayang
Kata itu mereaksi di bejana hati
Menjadi formula menjijikan
Buatku semakin hilang hasrat
Menangisku dalam perjamuan suci
Ku mengalah
Hingga kau bosan......"
Trudious Artisia
Rabu, 17 Mei 2017
KASTIL
"Bagai terkurung dalam kastil Count Dracula
Teriak berontak
Kesal berumpat
Tak merubah apapun
Kastil makin kokoh membelenggu
Count Dracula menyeringai menang
Di sudut jendela
Di bawah purnama
Di balik lolong serigala
Suara angin memiris hati
Menambah angker laju derita
Ciptakan rantai tiran dalam diri
Memperbudak pikiran atas nama cinta
Tolaki penghiburan yang tersaji
Bila sudah begini
Siapa pun ksatria yang mendobrak kastil
Beri peta ruang posisi
Tinggalkan bangunan pucat tua itu
Pelangikan istana baru dengan tinta cinta
Isi kembali darah yang pernah habis
Terhisap gigit Count Dracula
Biarlah hidup kembali merona"
Trudious Artisia
Teriak berontak
Kesal berumpat
Tak merubah apapun
Kastil makin kokoh membelenggu
Count Dracula menyeringai menang
Di sudut jendela
Di bawah purnama
Di balik lolong serigala
Suara angin memiris hati
Menambah angker laju derita
Ciptakan rantai tiran dalam diri
Memperbudak pikiran atas nama cinta
Tolaki penghiburan yang tersaji
Bila sudah begini
Siapa pun ksatria yang mendobrak kastil
Beri peta ruang posisi
Tinggalkan bangunan pucat tua itu
Pelangikan istana baru dengan tinta cinta
Isi kembali darah yang pernah habis
Terhisap gigit Count Dracula
Biarlah hidup kembali merona"
Trudious Artisia
Selasa, 16 Mei 2017
Sabtu, 06 Mei 2017
TERKUTUKLAH ENGKAU
"Tak peduli adalah duniaku
Namun cinta,
Merampas kesewenanganku
Kutenggelamkan diri pada kolam buku
Basahi haus tanya - tanyaku
Namun cinta,
Sentak keasyikan imajinasi ini
Bagai sengat listrik sekejap
Serakan hamparan buku
Konsentrasiku terganggangu
Mendadak porandakan kegilaanku
Aku benci padamu
Yang jadikanku manusia waras
Aku benci memori itu
Yang lemahkan kuasa fikirku
Aku benci bayangmu
Yang menyetan di setiap jelajahku
Terkutuklah engkau dalam jiwaku!!!!!"
ArtisiaCenna
Namun cinta,
Merampas kesewenanganku
Kutenggelamkan diri pada kolam buku
Basahi haus tanya - tanyaku
Namun cinta,
Sentak keasyikan imajinasi ini
Bagai sengat listrik sekejap
Serakan hamparan buku
Konsentrasiku terganggangu
Mendadak porandakan kegilaanku
Aku benci padamu
Yang jadikanku manusia waras
Aku benci memori itu
Yang lemahkan kuasa fikirku
Aku benci bayangmu
Yang menyetan di setiap jelajahku
Terkutuklah engkau dalam jiwaku!!!!!"
ArtisiaCenna
Rabu, 03 Mei 2017
HINGGA TERLUKA
"Pingai kecil berayun di dahan tipis
Matanya memejam
Titik air memutiara di sisi mata
Angin selimuti resah batinnya
Ketika matanya terbuka
Memandang ia ke langit jingga
Lalu pandangannya lurus
Tak dapat kutangkap pusat pandang itu
Kosong tiada titik tegas terlukis
Kembali ia menunduk
Menutup mata
Dahan terayun berirama
Pejam matanya siratkan ketenangan
Mutiara di matanya pun mengering
Angin dan bambu mencipta melodi
Mengalun iringi ketenangan itu
Melodi pun terhenti
Sepi menyelubungi sunyi
Kulihat Pingai kecil menggigil
Dahan terayun bergetar
Pejam matanya mengerut
Kembali kulihat seembun mutiara
Kudekati dirinya
Kemendengar ia menjerit sebuah nama
Terkaget ia ketika membuka mata
Aku ada di hadapannya
Ia pun berlalu pergi
Tinggalkan diriku yang terpatung
Pingai.....
Kau mengajarkan suatu.....
Mencinta hingga terluka"
ArtisiaCenna
Matanya memejam
Titik air memutiara di sisi mata
Angin selimuti resah batinnya
Ketika matanya terbuka
Memandang ia ke langit jingga
Lalu pandangannya lurus
Tak dapat kutangkap pusat pandang itu
Kosong tiada titik tegas terlukis
Kembali ia menunduk
Menutup mata
Dahan terayun berirama
Pejam matanya siratkan ketenangan
Mutiara di matanya pun mengering
Angin dan bambu mencipta melodi
Mengalun iringi ketenangan itu
Melodi pun terhenti
Sepi menyelubungi sunyi
Kulihat Pingai kecil menggigil
Dahan terayun bergetar
Pejam matanya mengerut
Kembali kulihat seembun mutiara
Kudekati dirinya
Kemendengar ia menjerit sebuah nama
Terkaget ia ketika membuka mata
Aku ada di hadapannya
Ia pun berlalu pergi
Tinggalkan diriku yang terpatung
Pingai.....
Kau mengajarkan suatu.....
Mencinta hingga terluka"
ArtisiaCenna
Langganan:
Postingan (Atom)