Lama ku tak mengunjungimu PhaNa.....
Namun percayalah bahwa kualitas pikiranku tak pernah menurun dalam menggapaimu. Perlu kau ketahui juga bahwa kualitas perasaanku tetap sama dalam menghasratkanmu.
Sungguh luar biasa perasaanku hari ini, hingga tak ingin engkau tak mengetahuinya. Kuselalu mengajak setiap orang yang bersamaku untuk membicarakan hal - hal ringan namun cukup mengenyangkan otak.....hehheeeee, kira - kira begitulah.
Sedikit kami membahas sejarah tentang G30S/PKI. Kami memiliki perbedaan pendapat, namun bukankah kita musti belajar untuk tidak selalu mufakat. Tingkat ini membuat kita terlatih untuk tidak memaksakan pendapat jika kita menjumpai perbedaan. Sebab di mana pun kita berada, perbedaan bukanlah hal yang perlu dihindari melainkan dimaknai.
Seperti biasa, jika mengulas sejarah Indonesia, sudah pasti aku tak tahan untuk tidak membicarakan idolaku.
.....Aaahhhh kau pasti tau dia siapa, si flamboyan Soekarno. Suatu saat nanti aku akan menceritakan langsung juga kepadamu agar kau tau bagaimana ekspresiku ketika membicarakannya. Untuk sementara kau tau dari tulisanku yang memang khusus buatmu.
Tidak rugi juga kurasa jika kugambarkan ekspresiku waktu itu. Mataku menyala - nyala, senyumku jernih, bicaraku menggebu, gerakan tubuhku tak teratur siratkan kekacauan yang mengagum.
Setelah menyambung soal Soekarno, seorang kawanku tadi menyampaikan kalau anak - anak Soekarno tak ada yang mewarisi kehebatan ayahnya. Betul kataku, sebab kehebatan Soekarno itu sepaket. Sedang anak - anaknya tak bisa memiliki paket itu, hanya bagian - bagiannya saja.
Dia membahas tentang Guruh Soekarno Putra. Kemudian aku menyimpulkan bahwa Guruh hanya mewarisi jiwa seni ayahnya. Lalu aku mulai bercerita ketika Soekarno diasingkan di Bengkulu dan keaktivannya dalam seni. Ia membuat sandiwara - sandiwara, bahkan menulis naskahnya sendiri. Di pengasingan ini ia berjumpa Fatmawati dan ingin berpoligami. Kawanku pun heran, ternyata istri pertama Soekarno bukan seorang yang menjahit bendera merah putih.
Mulai dari sini kami membahas hal - hal istimewa lain yang dimiliki Soekarno selain patriotisme dan nasionalisme. Kukatakan istimewa, sebab menurutku itu menunjukan betapa padat olah pikir presiden pertama negeri kita tercinta.
Ternyata cerita itu membuat lawan diskusi tertarik membahasnya, banyak cerita baru yang ia dapat.
Kubercerita tentang istri pertama Soekarno, Oetari (anak Tjokroaminoto). Ia menikah dengan Oetari atas keinginan ayah Oetari yang sangat dia hormati.
Meski masih muda ketika itu, Soekarno memiliki ketetapan hati yang kuat hingga ketika ia diminta ganti kostum untuk akad, ia tidak mau. Pakaian yang ia kenakan waktu itu adalah jas dan dasi. Penghulu meminta ia mengganti dengan pakaian Bumiputra, yaitu sarung. Dengan lantang Soekarno berkata bahwa aturan sudah diganti dan ia tak mau didikte di hari pernikahannya. Bahkan ia juga berucap, "persetan tuan - tuan semua, saya pemberontak dan akan selalu memberontak".
PhaNa....aku mengatakan itu dengan liar dan kawanku pun melongo dalam senyum. Senang sekali melihatnya begitu.
Pernikahan itu tak berlangsung lama sebab Soekarno tak mendapatkan jiwa yang ia inginkan dari Oetari. Ia pun bercerai dan tergoda dengan paket pribadi yang ia temukan dalam diri Inggit, seorang istri sekaligus pemilik tempat kos ketika ia belajar di ITB (nama institut sekarang ini).
Ia meminta ijin kepada suami Inggit agar ia bisa menikah dengan Inggit......(super sekali hahahaaa).....
Suami Inggit pun mengabulkannya dengan menceraikan istrinya.
Bersama Inggit, Soekarno mendapatkan sesuatu yang ia harapkan. Ia mendapatkan gelora yang membakar semangat. Kecerdasan dan keberanian Inggit bagai anak tangga untuk Soekarno menggapai Gerbang Istana. Kuceritakan perjuangan - perjuangan mereka selama menikah hingga bercerai.
Pada inti diskusi kami, aku menyimpulkan betapa hebatnya Soekarno hingga banyak wanita yang rela menjadi istrinya meski dia bukan pria kaya atau cuma modal tampang. Ia tidak seperti pria lain yang mampu memikat wanita - wanita dengan harta atau ketampanan, namun dengan pribadinya yang mengesankan. Ia juga melakukan itu atas dorongan cinta yang terarah dan terukur.....(yang ini kamu definisikan sendiri, PhaNa. Aku lelah menjelaskannya hehehee).
Aaahhhh begitulah Soekarno, energi intelektualnya yang melimpah membuat ia tak cukup dengan satu. Sesungguhnya aku pun tak cukup dengan satu.....hahahaaa edan kata kawanku ketika aku mengatakan itu.
Sebenernya banyak sekali diskusi kami hari ini mengenai petualangan cinta Soekarno. Namun jika kubahas satu persatu di sini, kutakut kau akan bosan membacanya. Jadi kuputuskan untuk puas dengan menceritakan kerianganku hari ini kepadamu sampai di sini saja. Kuharap suatu saat nanti kita bisa saling bercerita tentang hal - hal ringan namun bernilai seperti ini.
Jangan pernah lupa bahwa aku mencintaimu.....PhaNa.....