Kamis, 28 September 2017

TERUSLAH BERMAIN

"Pingai kecil terbang
Diantara taman berbunga
Ada semangat dalam kepaknya
Setelah sekian lama
Tak kulihat genit kepaknya

Kibasnya sapa setiap objek
Sejuk segar aroma klorofil
Terhembus mentari pagi
Ada tawa di liuk terbangnya
Salurkan gairah pesona

Ia hampiri seorang kawan
Di ujung taman tanpa bunga
Sayap kanan merangkul sebelah
Sedikit kuingin tau pembicaraannya
Mendekatku di balik semak

Terdengar Pingai berucap
'Katakan saja kucinta mati padanya
Ku takkan ambil langkah serius
Jika kunampak serius
Ingatlah ini hanya main - main'

Aahhh Pingai......
Rupanya kau mulai kembali
Pada dirimu yang dulu
Kusuka itu
Teruslah bermain, Pingai kecil

Kurasakan bintang gemintang
Menari di merah hatimu
Jantungmu dipenuhi cinta
Yang kan kau mainkan sesukamu

Ingin kutau
Siapa lawan mainmu kini
Kuyakin ia segera buatmu bosan
Getarmu siratkan itu, sayang
Kuharap kau tetap bersuka

Dan...
Pingai kecil berkedip ke arahku
Lalu melesat gaya bebas"

Artisia


Selasa, 26 September 2017

SEBELUM TIDUR VI

PhaNa.....Hari ini tak sehebat kemarin.
Seseorang membentakku, sayang. Kupertanyakan sikapnya dan tak jelas jawabnya. Ia berkata bahwa ia tak suka diremehkan. Kupertanyakan siapa yang meremehkan, sedangkan yang sering kudengar darinya adalah aku orang yang kurang pengetahuan dan selalu mengambil jalur yang beda.
 Apakah berbeda itu meremehkan????

Sudah kutanyakan sebelumnya, apakah diskusi ini akan menghargai perbedaan atau hanya akan membawaku kepada cara pandang dirinya. Jika hanya untuk membuatku mengikuti persepsinya maka tak perlu dilanjutkan diskusi itu, namun dia memaksa. Aku tak menyanggah, aku hanya bertanya seputar topik dan meminta dia menjelaskan, dan ia tak siap akan itu. Dia justru merendah - rendahkanku. Aku tak terpengaruh akan sikapnya. Lalu segera kusimpulkan saja diskusi itu. Ia pun menyetujui pernyataan - pernyataanku. Kukira ia puas, namun aku salah.....Ia tetap saja merasa tidak dimenangkan karna aku tetap dengan cara pikirku dan bentakannya pun keluar.


Aku berhak berpikir dengan caraku, PhaNa.....
Aneh...baiklah, aneh...aku menerima itu. Mereka akhirnya mengembangkan istilah aneh itu sesuai kebutuhan mereka. Aku pun tak mengapa.
Mereka membunuh karakterku pun aku tak peduli. Lalu apa salah jika menjadi diriku sendiri, sedang aku tak pernah memaksa mereka mengikutiku atau menurutiku.

Setiap orang memiliki cara sendiri dalam memandang suatu. Mereka boleh memegang teguh pemikirannya. Aku tetap memperlakukan mereka yang tak sepaham diriku dengan kehormatan tinggi. Namun mengapa mereka selalu ingin aku mengikutinya.

Aku tak berminat berkompetisi dengan yang lain, namun jika mereka merasa terancam sendiri, itu persoalan pribadi mereka.

PhaNa......ada sesuatu yang mengacaukan perasaanku. Aku tak bisa menulis lebih banyak lagi.

Kuharap engkau juga merindukanku.......

Senin, 25 September 2017

SEBELUM TIDUR V

Lama ku tak mengunjungimu PhaNa.....
Namun percayalah bahwa kualitas pikiranku tak pernah menurun dalam menggapaimu. Perlu kau ketahui juga bahwa kualitas perasaanku tetap sama dalam menghasratkanmu.

Sungguh luar biasa perasaanku hari ini, hingga tak ingin engkau tak mengetahuinya. Kuselalu mengajak setiap orang yang bersamaku untuk membicarakan hal - hal ringan namun cukup mengenyangkan otak.....hehheeeee, kira - kira begitulah.

Sedikit kami membahas sejarah tentang G30S/PKI. Kami memiliki perbedaan pendapat, namun bukankah kita musti belajar untuk tidak selalu mufakat. Tingkat ini membuat kita terlatih untuk tidak memaksakan pendapat jika kita menjumpai perbedaan. Sebab di mana pun kita berada, perbedaan bukanlah hal yang perlu dihindari melainkan dimaknai.

Seperti biasa, jika mengulas sejarah Indonesia, sudah pasti aku tak tahan untuk tidak membicarakan idolaku.
.....Aaahhhh kau pasti tau dia siapa, si flamboyan Soekarno. Suatu saat nanti aku akan menceritakan langsung juga kepadamu agar kau tau bagaimana ekspresiku ketika membicarakannya. Untuk sementara kau tau dari tulisanku yang memang khusus buatmu.

Tidak rugi juga kurasa jika kugambarkan ekspresiku waktu itu. Mataku menyala - nyala, senyumku jernih, bicaraku menggebu, gerakan tubuhku tak teratur siratkan kekacauan yang mengagum.
Setelah menyambung soal Soekarno, seorang kawanku tadi menyampaikan kalau anak - anak Soekarno tak ada yang mewarisi kehebatan ayahnya. Betul kataku, sebab kehebatan Soekarno itu sepaket. Sedang anak - anaknya tak bisa memiliki paket itu, hanya bagian - bagiannya saja.

Dia membahas tentang Guruh Soekarno Putra. Kemudian aku menyimpulkan bahwa Guruh hanya mewarisi jiwa seni ayahnya. Lalu aku mulai bercerita ketika Soekarno diasingkan di Bengkulu dan keaktivannya dalam seni. Ia membuat sandiwara - sandiwara, bahkan menulis naskahnya sendiri. Di pengasingan ini ia berjumpa Fatmawati dan ingin berpoligami. Kawanku pun heran, ternyata istri pertama Soekarno bukan seorang yang menjahit bendera merah putih.

Mulai dari sini kami membahas hal - hal istimewa lain yang dimiliki Soekarno selain patriotisme dan nasionalisme. Kukatakan istimewa, sebab menurutku itu menunjukan betapa padat olah pikir presiden pertama negeri kita tercinta.

Ternyata cerita itu membuat lawan diskusi tertarik membahasnya, banyak cerita baru yang ia dapat.

Kubercerita tentang istri pertama Soekarno, Oetari (anak Tjokroaminoto). Ia menikah dengan Oetari atas keinginan ayah Oetari yang sangat dia hormati.
Meski masih muda ketika itu, Soekarno memiliki ketetapan hati yang kuat hingga ketika ia diminta ganti kostum untuk akad, ia tidak mau. Pakaian yang ia kenakan waktu itu adalah jas dan dasi. Penghulu meminta ia mengganti dengan pakaian Bumiputra, yaitu sarung. Dengan lantang Soekarno berkata bahwa aturan sudah diganti dan ia tak mau didikte di hari pernikahannya. Bahkan ia juga berucap, "persetan tuan - tuan semua, saya pemberontak dan akan selalu memberontak".

PhaNa....aku mengatakan itu dengan liar dan kawanku pun melongo dalam senyum. Senang sekali melihatnya begitu.

Pernikahan itu tak berlangsung lama sebab Soekarno tak mendapatkan jiwa yang ia inginkan dari Oetari. Ia pun bercerai dan tergoda dengan paket pribadi yang ia temukan dalam diri Inggit, seorang istri sekaligus pemilik tempat kos ketika ia belajar di ITB (nama institut sekarang ini).

Ia meminta ijin kepada suami Inggit agar ia bisa menikah dengan Inggit......(super sekali hahahaaa).....
Suami Inggit pun mengabulkannya dengan menceraikan istrinya.
Bersama Inggit, Soekarno mendapatkan sesuatu yang ia harapkan. Ia mendapatkan gelora yang membakar semangat. Kecerdasan dan keberanian Inggit bagai anak tangga untuk Soekarno menggapai Gerbang Istana. Kuceritakan perjuangan - perjuangan mereka selama menikah hingga bercerai.

Pada inti diskusi kami, aku menyimpulkan betapa hebatnya Soekarno hingga banyak wanita yang rela menjadi istrinya meski dia bukan pria kaya atau cuma modal tampang. Ia tidak seperti pria lain yang mampu memikat wanita - wanita dengan harta atau ketampanan, namun dengan pribadinya yang mengesankan. Ia juga melakukan itu atas dorongan cinta yang terarah dan terukur.....(yang ini kamu definisikan sendiri, PhaNa. Aku lelah menjelaskannya hehehee).

Aaahhhh begitulah Soekarno, energi intelektualnya yang melimpah membuat ia tak cukup dengan satu. Sesungguhnya aku pun tak cukup dengan satu.....hahahaaa edan kata kawanku ketika aku mengatakan itu.
Sebenernya banyak sekali diskusi kami hari ini mengenai petualangan cinta Soekarno. Namun jika kubahas satu persatu di sini, kutakut kau akan bosan membacanya. Jadi kuputuskan untuk puas dengan menceritakan kerianganku hari ini kepadamu sampai di sini saja. Kuharap suatu saat nanti kita bisa saling bercerita tentang hal - hal ringan namun bernilai seperti ini.

Jangan pernah lupa bahwa aku mencintaimu.....PhaNa.....

Jumat, 22 September 2017

MUSIM SEGERA BERGANTI

"Bila bacaan tak lagi mampu isi kesenangan
Hatipun gelisah mencari kesenangan lain
Mulai saat itulah engkau meretak
Remuk di dalam meski mengutuh
Mulai kau ikuti tawaran semu jemu
Gunakan mereka tuk pecah sunyimu
Lupakan perih yang kau tau sementara

Kau hanya tak sanggup menahan musim
Percayalah musim segera berganti
Sesuaikan diri dengan suhu
Bertahan buatmu semakin kebal
Kembalilah pada bacaan
Ia tak akan mengecewakan
Daripada kau turuti cara mereka bersenang
Yang pasti segera lelehkan keaslianmu"


Trudious Artisia

Selasa, 19 September 2017

Minggu, 17 September 2017

Rabu, 13 September 2017

KEPATUHAN ZOMBIE

"Cinta tanpa ruh
Tak nampak energi
Tiada antusias jiwa
Kosong tak bermakna
Ada namun tiada

Kepatuhan itu buta
Bergerak tanpa cinta
Binar yang bosan
Tak ada pilihan
Iya meski tidak

Tak bisa disalahkan
Sebab ia hadir
Tak dapat diprotes
Karna ia menuruti
'Puas tak terberkati'

Cinta tanpa rasa
Tak bisa menghidupi
Bertumbuh dalam kerdil
Menguras seluruh warna
Kering hampa memucat

Madu terbumbui racun
Manis rasa sekarat
Pelan namun pasti
Habisi pasir waktu
Melayang tak berangan

Inilah persembahan bagimu
Cinta tak bersukma
Penggila dunia sandiwara
Pencapaian semu membodohkan
Nikmati jaya kenisbian"

Rabu, 06 September 2017

TERSERAH

"Aku hanya bertanggung jawab
Pada apa yang kuucap
Aku tak peduli
Pada apa yang mereka persepsikan

Teruslah kau mondar mandir bersuara
Bagai ayam betina hendak bertelur
Aku tak akan ikuti caramu
Diamku artikan banyak hal
Kujelaskan pun takkan kau mampu mencapai
Hanya menambah pembicaraan tak berpola

Cukup pandaekah dirimu menimbang
Melangkah tanpa perkenan diriku
Maka temuilah ketidak jelasan nyata
Bersiaplah dicemaskan dirimu sendiri

Kutau
Takkan kudapati megahnya fadilat
Sebelum kunikmati pahitnya sabar
Maka kutarik diriku dari sibuk guraumu
Yang mencela kendali langkahku
Merantai konsep dan makna
Yang telah kurangkai beserta peluh

Saat ini kau boleh bersorak
Atas redup pijarku yang membayang samar
Jika kau kira dirimu terjamin
Terus demonstrasikan kadarmu
Yang kau kira mampu lenakanku

Dunia terlalu murah tuk buatku mengisak"