Jumat, 20 Januari 2017

MERAK NORAK

"Bermain di danau, sang angsa
Berputar menari tenang
Nikmati sore hari
Angin membelai bulunya
Terpejam dalam senyum ia
Gerakannya puisikan cinta

Berlenggok di samping danau, sang merak
Cantik penuh warna tubuhnya
Berjuntai bulunya bersentuh tanah
Putari danau berjalan mengangkuh
Melirik ke angsa curi perhatian
Namun tak jua angsa melihatnya

Angsa membosankan, pikir ia
Hanya satu warna bulu
Pucat tiada silau merona
Lihatlah aku
Gemulai cantik penuh kemewahan
Anggun berkelas penuh pujian

Angsa tetap berdansa damai
Ikuti kicau - kicau merdu
Sesekali sayapnya melebar
Memercik butiran air danau
Burung - burung bersorak padat
Bagai terhipnotis pandangan alam

Merak kutuki daya magis itu
Apa yang dipunya angsa?
Sama sekali tiada daya tarik
Aku lebih daripadanya, batin ia
Lebih berlipat - lipat kali
Aku ratu kecantikan alam ini

Tatkala dalam kebencian mengental
Merak menambah ornamen bulunya
Memetik merangkai bunga - bunga
Tak tertinggal daunpun ia pola
Tubuhnya kini penuh hiasan
Hingga  keindahan aslinya terbungkam
Senyumnya beraromakan kedengkian

Mentari sore mulai meleleh
Angsa tunduk terdiam
Menatap redup bayang dirinya
Dari permukaan air danau
Burung - burung melesat ke langit senja
Bergerak pelan sang angsa
Berkawan bayang dirinya

Langkah berat merak menuju danau
Berdendang meracau
Siap tunjukan kemegahannya pada angsa
Namun ia dapati angsa berlalu sejuk
Teriak ia seiring lenyapnya mentari

-Ada kecantikan memukau, pesona otentik, kecendekiawan, kerendah hatian
Dalam Kesederhanaan-"

Artisia


Kamis, 19 Januari 2017

CARA MEMIKATKU

"Kau bagai buku bagiku
Ceritakan hal yang ingin kutau
Bahkan rela kau putar waktu
Demi puaskan rasa dahagaku

Mataku menerawang rasai reruntutan
Pikiran ini berkejar - kejaran
Hatiku mulai mendecak serapahan
Setan.....!!!
Bagaimana kau bisa memaparkan
Kisah yang telah terlupakan

Ruhku mengambang dalam diam
Suaramu membuas rentang gelombang
Kutergoda suatu yang terbenam
Dalam dirimu yang memberi terang

-Kini kau tau cara memikatku-


Trudious Artisia

Selasa, 17 Januari 2017

IBA

Pagi mulai menjelang, kusyukuri hari baru ini dengan menghasratkan buku - buku yang baru kubeli kemarin. Hari ini akan kunikmati dengan pengetahuan - pengetahuan baru. Oleh karna itu aku ingin segera mandi, berias, lalu dikelilingi ide -ide yang menggenang di buku.

Sebelum mandi kuperiksa hp sebentar. Ada pesan baru masuk dengan kata negatifnya. Kuambil nafas dalam untuk kendalikan ibaku padanya. Betapa menyedihkan ia, memulai hari dengan negativitas. Bukankah menyenangkan merawat kebaikan dibanding keburukan.

Teringatku pada film yang kutonton beberapa waktu lalu (IT dan Infinity). Dari IT kuambil nilai bahwa si ahli IT, Ed Porter,  memang telah terdasari pribadi yang buruk maka setiap kondisi yang tidak ia harapkan terjadi, dirinya mudah untuk melakukan penyerangan. Dengan kecakapannya dalam bidang IT, ia hancurkan kehidupan sang konglomerat yang tak lain adalah bos nya. Ia sakit hati atas penolakan si bos ketika ia mendekati anak gadis bos nya.

Menurutku tindakannya menunjukan pribadi yang sakit. Walau secara pandangan umum wajar saja kalo seseorang sakit hati karna usaha mendekati pujaan hatinya ditolak atau direndahkan oleh orang tua pujaan hatinya (karna dia bukan kelasnya).

Namun buatku kenyataan memang tak selalu berpihak. Kita lah yang musti mampu melihat kebaikan dalam setiap keburukan. Pribadi yang sehat tidak akan melampiaskan keburukan pada objek di luar dirinya. Begitulah hidup, Tuhan mendidik kita melalui banyak aspek. Rasullulah pun tak selalu beruntung, beliau pernah kalah perang, diusir, menjalani kemiskinan namun selalu bersabar. Itulah pribadi istimewa, mampu bersikap positif dalam setiap suasana.

Kemudian dari film Infinity aku mengambil nilai bahwa kedengkian ibu mertua terhadap menantunya di film itu memberi pelajaran bahwa negativitas yang dirawat untuk menyuburkan ego adalah kebodohan. Kemudian menantunya yang diam dan bersabar akan sikap mertuanya begitu menginspirasi. Sikap itu menunjukan kecerdasan pribadi dalam memaknai kehidupan.

Si ibu menunjukan bahwa ia yang terbaik untuk anaknya yang ahli dalam angka / matematika. Menunjukan cinta yang pantas dengan merendahkan menantunya. Namun pada akhirnya si anak meninggal dalam perjalanan kembali dari negara ia menuntut ilmu.

Sesungguhnya segala yang kita cinta tak perlu diperebutkan, melainkan mempersembahkan yang terbaik baginya.

Demikian makna pagi ini.....selamat berbahagia dalam cinta.



Salam cinta,
Artisia Cenna


Senin, 16 Januari 2017

INILAH CINTA UNTUKMU

"Bukankah setiap kami Engkau cobai
Lalu untuk apa hati ini bersedih
Untuk apa beresah hati
Sedang segalanya adalah dariMu
Dan kan kembali padaMu

Inilah cinta untukMu, Tuhan
Dari diri yang lemah
Kepada Engkau yang 'teramat'
Menurutkan pada kehendakMu
Bersabar dalam pemurnian batin

Dekap setiap gemetar ini, Tuhan
Sebab dalam Engkau tunduk ini tersentuh
Lantunkan selalu gendhingMu
Agar damai mengutus waktu
Lembutkan hari
Jagai kerendahan hati ini"



Trudious Artisia

Senin, 09 Januari 2017

Senin, 02 Januari 2017

SEBELUM TIDUR IV

Selamat malam PhaNa sayang.....

Teringatku pada sebuah kisah yang kulihat waktu kanak - kanak di televisi. Kisah itu menceritakan tentang dua orang ibu yang mengadu kepada rajanya. Mereka mengatakan bahwa mereka adalah ibu kandung dari bayi yang mereka bawa. Keduanya berkeras bahwa mereka adalah ibu kandungnya dan harus memilikinya.

Sang raja begitu bingung menentukan siapa ibu kandung dari anak tersebut. Sang raja adalah raja yang terkenal adil. Setelah berpikir, ia memutuskan agar bayi itu dibelah menjadi dua supaya adil sehingga keduanya tak lagi berebut. Ibu yang satu dengan gembira menerima keputusan yang ia anggap adil itu. Ibu kedua terdiam lama sebelum dengan berat hati menyetujuinya.

Masih kuingat ekpresiku saat itu. Melongo dan berandai menjadi sang raja. Aku berpikir keras bagaimana menyelesaikannya sebab keduanya memberi bukti yang sama berat nilainya.

Keputusan raja sungguh membuatku mengutak atik pikiran serta perasaanku. Bagaimana raja yang mahsyur akan keadilannya memutuskan hal yang kejam.

Baiklah tak perlu kita pikirkan kemlongoanku saat itu. Kita lanjut saja kisahnya.

Oh yah....melongoku begitu fokus ketika si algojo mengangkat pedang tajam berkilat kilat di atas sang bayi. Berdebar jantungku membayangkan kebodohan yang akan terjadi. Efek televisinya sangat mempermainkan kegundahanku saat itu.

Namun tiba - tiba, ibu kedua berteriak "berhenti". Aku sangat terganggu dengan teriakan itu, membuat hal yang sedang berlangsung seru menjadi buyar. Si ibu kedua itu menangis dan dengan lemah ia berkata pada raja agar menghentikan keputusan itu.

Aku benar tak suka dengan kelemahan ibu kedua itu, juga tak suka dengan kebohongannya. Ketahuan sudah kalo ia bukan ibunya. Ia menyerahkan bayi itu kepada ibu pertama.

Namun itu belum berakhir.

Dengan bijak namun tegas, sang raja mengutus patihnya menyerahkan si bayi kepada ibu kedua. Jelaslah si ibu pertama tidak terima dan mengamuk.

Meski demikian keputusan raja tak bisa diganggu gugat. Sang raja menggunakan cara tadi untuk mengetahui siapa ibu kandung sesungguhnya. Sebab, kasih yang tulus tak akan membiarkan kekejaman terjadi. Ia akan rela mengalah demi kebaikan sang bayi yang begitu ia cintai.

Sungguh kisah yang sangat berkualitas hingga membuat batinku terolah setelah melihatnya.

Sampai kini kisah itu menjadi pengisi batin ini dalam setiap perjalanan.

Untukmu PhaNa.....analisislah itu agar hidupmu selalu terberkati kasih dan terjauhi kekhawatiran dunia.

Sayang PhaNa.....selamat berlelap.....