Berputar menari tenang
Nikmati sore hari
Angin membelai bulunya
Terpejam dalam senyum ia
Gerakannya puisikan cinta
Berlenggok di samping danau, sang merak
Cantik penuh warna tubuhnya
Berjuntai bulunya bersentuh tanah
Putari danau berjalan mengangkuh
Melirik ke angsa curi perhatian
Namun tak jua angsa melihatnya
Angsa membosankan, pikir ia
Hanya satu warna bulu
Pucat tiada silau merona
Lihatlah aku
Gemulai cantik penuh kemewahan
Anggun berkelas penuh pujian
Angsa tetap berdansa damai
Ikuti kicau - kicau merdu
Sesekali sayapnya melebar
Memercik butiran air danau
Burung - burung bersorak padat
Bagai terhipnotis pandangan alam
Merak kutuki daya magis itu
Apa yang dipunya angsa?
Sama sekali tiada daya tarik
Aku lebih daripadanya, batin ia
Lebih berlipat - lipat kali
Aku ratu kecantikan alam ini
Tatkala dalam kebencian mengental
Merak menambah ornamen bulunya
Memetik merangkai bunga - bunga
Tak tertinggal daunpun ia pola
Tubuhnya kini penuh hiasan
Hingga keindahan aslinya terbungkam
Senyumnya beraromakan kedengkian
Mentari sore mulai meleleh
Angsa tunduk terdiam
Menatap redup bayang dirinya
Dari permukaan air danau
Burung - burung melesat ke langit senja
Bergerak pelan sang angsa
Berkawan bayang dirinya
Langkah berat merak menuju danau
Berdendang meracau
Siap tunjukan kemegahannya pada angsa
Namun ia dapati angsa berlalu sejuk
Teriak ia seiring lenyapnya mentari
-Ada kecantikan memukau, pesona otentik, kecendekiawan, kerendah hatian
Dalam Kesederhanaan-"
Artisia