Teringatku pada sebuah kisah yang kulihat waktu kanak - kanak di televisi. Kisah itu menceritakan tentang dua orang ibu yang mengadu kepada rajanya. Mereka mengatakan bahwa mereka adalah ibu kandung dari bayi yang mereka bawa. Keduanya berkeras bahwa mereka adalah ibu kandungnya dan harus memilikinya.
Sang raja begitu bingung menentukan siapa ibu kandung dari anak tersebut. Sang raja adalah raja yang terkenal adil. Setelah berpikir, ia memutuskan agar bayi itu dibelah menjadi dua supaya adil sehingga keduanya tak lagi berebut. Ibu yang satu dengan gembira menerima keputusan yang ia anggap adil itu. Ibu kedua terdiam lama sebelum dengan berat hati menyetujuinya.
Masih kuingat ekpresiku saat itu. Melongo dan berandai menjadi sang raja. Aku berpikir keras bagaimana menyelesaikannya sebab keduanya memberi bukti yang sama berat nilainya.
Keputusan raja sungguh membuatku mengutak atik pikiran serta perasaanku. Bagaimana raja yang mahsyur akan keadilannya memutuskan hal yang kejam.
Baiklah tak perlu kita pikirkan kemlongoanku saat itu. Kita lanjut saja kisahnya.
Oh yah....melongoku begitu fokus ketika si algojo mengangkat pedang tajam berkilat kilat di atas sang bayi. Berdebar jantungku membayangkan kebodohan yang akan terjadi. Efek televisinya sangat mempermainkan kegundahanku saat itu.
Namun tiba - tiba, ibu kedua berteriak "berhenti". Aku sangat terganggu dengan teriakan itu, membuat hal yang sedang berlangsung seru menjadi buyar. Si ibu kedua itu menangis dan dengan lemah ia berkata pada raja agar menghentikan keputusan itu.
Aku benar tak suka dengan kelemahan ibu kedua itu, juga tak suka dengan kebohongannya. Ketahuan sudah kalo ia bukan ibunya. Ia menyerahkan bayi itu kepada ibu pertama.
Namun itu belum berakhir.
Dengan bijak namun tegas, sang raja mengutus patihnya menyerahkan si bayi kepada ibu kedua. Jelaslah si ibu pertama tidak terima dan mengamuk.
Meski demikian keputusan raja tak bisa diganggu gugat. Sang raja menggunakan cara tadi untuk mengetahui siapa ibu kandung sesungguhnya. Sebab, kasih yang tulus tak akan membiarkan kekejaman terjadi. Ia akan rela mengalah demi kebaikan sang bayi yang begitu ia cintai.
Sungguh kisah yang sangat berkualitas hingga membuat batinku terolah setelah melihatnya.
Sampai kini kisah itu menjadi pengisi batin ini dalam setiap perjalanan.
Untukmu PhaNa.....analisislah itu agar hidupmu selalu terberkati kasih dan terjauhi kekhawatiran dunia.
Sayang PhaNa.....selamat berlelap.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar