Selasa, 05 November 2019

Jumat, 18 Oktober 2019

Senin, 14 Oktober 2019

Minggu, 14 Juli 2019

GADIS KECIL

"Pantai yang indah
Lambai daun kelapa menari
Tersenyumku di hamparan pasir
Melihat anak anak dunia bermain

Bersama mereka bangun istana pasir
Kulihat gadis kecil di ujung sana
Sendiri menatap garis laut berombak
Kakinya menikmati hangat pasir

Datanglah gadis angkuh kepadanya
Cari perhatian si gadis kecil
pamerkan atribut kebangsawanannya
Dan sesekali menatap jijik

Tak puas akan respon si gadis kecil
Dia mulai tebar hasut
Hasilnya tak jua memuaskan
Ia membual tentang kehebatannya

Ia pun mendapat sorak sorai
Si gadis kecil tertunduk
Lalu menoleh pada pria di bawah pohon
Bahasa tubuhnya memohon pertolongan

Sang pria berkata 'hentikan',
Sambil bermain gadget di tangannya
Gadis angkuh lelah sendiri
Menepi ke sisi si pria itu

Tak disangka mereka berdua tertawa
Kaji perbuatan yg tlah dipertontonkan
Sikap gadis angkuh menjadi prestasi
Menambah anggun pribadi noraknya

Tak jua puas akan pencapaiannya
Gadis angkuh berdiri melempar pasir
Teriak keji kepada gadis kecil
Tawanya tinggikan harga dirinya

Gadis kecil menatap si pria
Meyakinkan, si pria teriak "cukup"
Lalu kembali pada gadgetnya
Paling tidak dia tak diam semata

Seperti yang disangka....
Sang gadis kecil dibunuh karakternya
Matilah ia terbenam kata buruk
Adakah tangan yang kan mengangkatnya?"



Trudious Artisia

Selasa, 16 April 2019

BUAI GEMULAI KEPALSUAN

"Bulan tertawa
Tawakan dirinya
Tak sangka yang didengarnya
Matahari - Bumi gunjingkan dirinya

Begitu nyata cinta Rembulan
Kepada Matahari sang surya
Menunggu sendu dengan bodohnya
Meski ditawakan bintang angkasa

Oh Astaga...
Dalam tawanya tertahan duka
Pujaannya membusa hina di belakang
Bersama Bumi mengumpat dirinya

Derai tercucur di gelap semesta
Getar pedih selimuti jiwanya
Kosong tatap tiada daya
Resapi setiap kata untuknya

Langit mendengar tangismu, sayang
Saat ini mereka rendahkanmu
Usah kau sesaki rasamu
Dengan caci tuduh mereka

Tak perlu kecil hati
Galaksi akui siapa dirimu
Kau tak pernah berpura
Bermanis kata kelabui dunia

Hanya batin yang jernih
Yang tak terpedaya tersemu
Oleh buai gemulai kepalsuan
Berdrama setiap gerak tuturnya"


Trudious Artisia






Minggu, 31 Maret 2019

MERACAU KACAU

"Pingai teriak dalam sangkar
Lirih terdengar namun miris
Terkadang terkulai terkadang terduduk
Hanya itu yang dilakukannya

Begitu nampak bosan ia
Matanya berkaca musam rautnya
Merana sendiri tiada daya
Muram dunia katupkan sayapnya

Pintu sangkar tak terkunci
Tak tertutup bahkan terbuka
Lalu mengapa ia tertawan
Dalam ruang tak tersekap

Tak ada sang Tuan
Mustinya ia melesat bebas
Mengapa hanya meratap ia
Kicaunya pun meracau kacau

Rupanya sang Tuan melarang
Tak ada ijin baginya
Berpesta ria sertai dunia
Berkepak menyerap aura semesta

Sang Tuan tak ada
Tak pernah ada pesta
Tak pernah ada cinta
Untuk Pingai yang merana

Ohh Pingai
Terbanglah sayang
Ambil kehendak bebas dirimu
Warnai dunia dengan tawamu

_Sang Maha Tuan memintaku taat pada sang Tuan_"......Jawabmu


Trudious Artisia

Kamis, 28 Maret 2019

Jumat, 22 Maret 2019

KEPURAAN GARAMI LUKA

"Saat panah hujani tanahku
Kau berdiri sekedar melihat
Saat darahku bercucur mengalir
Kau menatap hanya terdiam

Seolah batinmu menyeru tegas
Tarik kuat busur - busurnya
Lesatkan anak panah menghujam
Semakin deras semakin memukau

Jerit tepuk tanganmu girang
Langkahmu pasti penuh simpati
Redup sendu tatapmu mengasihani
Kau mengharap aku mati

Ku tak butuh ibamu
Kepuraanmu garami luka nanar
Yang tercaci tajam panah
Penuh benci berkedok manis

Kuberjalan meski langkah terseret
Tak kurasai perih merintih
Larutan garam lembut meresap
Kutelan ludah menahan sakit

Gontai kuterkapar tiada daya
Tergambar kala kulari seketika
Memerisai engkau dari panah
Yang terentang di depan dada

Kurela tertembus tajam panah
Tak ingin kau tergores
Dan melemah bagai pecundang
Meski kuharus memejam mata"


Trudious Artisia

Rabu, 20 Maret 2019

TERBANG

Terima kasih tetap menjadi pria bagiku. Meski seringkali tawarmu tertolak olehku dan merasa terbunuh jiwa ksatriamu.


Kau tak memilih menjadi wanita tuk mendekatiku, agar merasa lebih aman telusuri belantaraku.


Mereka membenciku, tak inginkan lagi hadirku atas keputusan  bodohku. Terkadang aku memilih terbang dengan sayapku walau mereka indahkan sangkarku.


Kini aku terbang sendiri, masihkah kau tawarkan kasihmu untukku? Temaniku terbang dengan tawa riang...


Aku takut kau juga tak biarkanku terbang kala kuingin melintas alam.



Trudious Artisia