Jumat, 28 Oktober 2016
Kamis, 27 Oktober 2016
Selasa, 25 Oktober 2016
SHIT
Kumulai takut pada kebiasaan 'misuhku'. Setiap mengalami ketidakenakan suasana, suka sekali aku mengumpat untuk menetralkan suasana hatiku kembali. Mungkin ini salah satu cara meditasi hehehehe.......
Anehnya para kerabat atau kawan dekat suka memancingku untuk 'memisuhinya'. Sengaja mereka menggoda hanya untuk mendapat umpatan dariku. Mereka justru takut kalo aku diam. Barangkali diamku itu 'malati' (bikin kualat) atau bisa disebut diamku itu 'natural killer' hahhahaaa.........
Suatu hari seseorang mengejarku hanya untuk menggoda atas kesialanku. Dia berdiri tanpa bergerak menunggu reaksiku.Lalu aku mulai menarik sedikit kelopak mata dan bibir sambi acungkan jari tengahku padanya. Dia pun tertawa puas melihat itu. Mungkin ekspresi 'misuhku' manis baginya sampai - sampai dia menantikannya.
Kerisauanku mulai tersadari ketika aku mengumpat tanpa objek penderita hehehe.....
Saat itu aku hendak melewati jalan keluar dan ternyata jalan keluar dialihkan tanpa pemberitahuan karna ada acara. Aku yang sudah terlanjur santai melewati harus berhenti mendadak dengan rasa kaget karna jalur itu direntang tali sebagai tanda ditutup. Spontan kuinjak rem dan keluarlah kata 'shit' (lumayanlah dari pada aku melontar kata 'kake'ane', dengan 'stressing' yang benar dan tepat logat Semarang). Terpaksa aku bersusah payah mundur pada jalan sempit yang dipenuhi mobil parkir.
Hal itu membuatku sadar bahwa aku harus membiasakan diri melepas jeratan umpatan. Untunglah ketika beberapa hari lalu aku dipersulit birokrasi urusan bank, aku bisa menahan 'misuh' pada pihak cs. Dibuatnya aku bolak balik menunggu kejelasan. Padahal sudah kuikuti terus prosedur yang diminta lagi pula itu kan uang kami sendiri. 'Ketidakmisuhanku' kala itu memuaskan diriku karna ternyata aku mampu bersikap elegan dalam kondisi tidak beruntung berhari - hari. Ini membuat pihak bank meminta maaf atas proses itu. Akupun tetap bisa tersenyum menanggapinya meski batinku berkata "Tuhanlah yang akan menilai dan yang berhak memberimu pemahaman".
Keberuntungan sikapku itu sangat aku apresiasi namun aku tetap harus membiasakan diri untuk tidak 'misuh', sebab aku sadar bahwa beruntung itu sifatnya tidak selalu.
Salam Misuh,
Trudious Artisia
Anehnya para kerabat atau kawan dekat suka memancingku untuk 'memisuhinya'. Sengaja mereka menggoda hanya untuk mendapat umpatan dariku. Mereka justru takut kalo aku diam. Barangkali diamku itu 'malati' (bikin kualat) atau bisa disebut diamku itu 'natural killer' hahhahaaa.........
Suatu hari seseorang mengejarku hanya untuk menggoda atas kesialanku. Dia berdiri tanpa bergerak menunggu reaksiku.Lalu aku mulai menarik sedikit kelopak mata dan bibir sambi acungkan jari tengahku padanya. Dia pun tertawa puas melihat itu. Mungkin ekspresi 'misuhku' manis baginya sampai - sampai dia menantikannya.
Kerisauanku mulai tersadari ketika aku mengumpat tanpa objek penderita hehehe.....
Saat itu aku hendak melewati jalan keluar dan ternyata jalan keluar dialihkan tanpa pemberitahuan karna ada acara. Aku yang sudah terlanjur santai melewati harus berhenti mendadak dengan rasa kaget karna jalur itu direntang tali sebagai tanda ditutup. Spontan kuinjak rem dan keluarlah kata 'shit' (lumayanlah dari pada aku melontar kata 'kake'ane', dengan 'stressing' yang benar dan tepat logat Semarang). Terpaksa aku bersusah payah mundur pada jalan sempit yang dipenuhi mobil parkir.
Hal itu membuatku sadar bahwa aku harus membiasakan diri melepas jeratan umpatan. Untunglah ketika beberapa hari lalu aku dipersulit birokrasi urusan bank, aku bisa menahan 'misuh' pada pihak cs. Dibuatnya aku bolak balik menunggu kejelasan. Padahal sudah kuikuti terus prosedur yang diminta lagi pula itu kan uang kami sendiri. 'Ketidakmisuhanku' kala itu memuaskan diriku karna ternyata aku mampu bersikap elegan dalam kondisi tidak beruntung berhari - hari. Ini membuat pihak bank meminta maaf atas proses itu. Akupun tetap bisa tersenyum menanggapinya meski batinku berkata "Tuhanlah yang akan menilai dan yang berhak memberimu pemahaman".
Keberuntungan sikapku itu sangat aku apresiasi namun aku tetap harus membiasakan diri untuk tidak 'misuh', sebab aku sadar bahwa beruntung itu sifatnya tidak selalu.
Salam Misuh,
Trudious Artisia
Minggu, 23 Oktober 2016
Kamis, 20 Oktober 2016
RAPUNZEL I
"Dalam menara tinggi
Rapunzel merentang waktunya
Ceria bersama melodi alam
Luka tak pernah hampirinya
Lalu ia bertanya pada ibu angkatnya
Apa itu luka?
Sang ibu angkat berkata
Luka adalah di luar sana
Rapunzel berpikir
Luka?
Diluar sana?
Tampak menariknya
Hatinya tergoda sensasi itu
Mulai ia berimajinasi akan dunia luar
Dan berupaya turun menara
Istimewa....
Dunia luar penuh bunga - bunga
Semua tersenyum padanya
Menyambut penuh nyanyian suka
Hangat mentari pun memeluk mesra
Suatu yang tak pernah menara miliki
Mata telinga terbuka lebar
Biarkan segalanya terasa jelas
Dalam kejelasan itu ia terdiam
Saat sesuatu meleleh dari kelopak mata
Berpaling ia memohon angin
Uapkan air yang segera menetes
Berlari ia mencari pohon besar
Isakkan rasa yang menghampiri
Tanpa dapat ia mengerti
Terduduk ia diantara jejamur payung
Dan berkata
Inikah luka?
Menggores suatu dalam diri
Bagai dihempas udara
Terkatung dalam lubang hitam angkasa
Rapunzel melihat mendengar jelas
Rupa dunia luar
Tak semua dalam ketercukupan"
ArtisiaCenna
Rapunzel merentang waktunya
Ceria bersama melodi alam
Luka tak pernah hampirinya
Lalu ia bertanya pada ibu angkatnya
Apa itu luka?
Sang ibu angkat berkata
Luka adalah di luar sana
Rapunzel berpikir
Luka?
Diluar sana?
Tampak menariknya
Hatinya tergoda sensasi itu
Mulai ia berimajinasi akan dunia luar
Dan berupaya turun menara
Istimewa....
Dunia luar penuh bunga - bunga
Semua tersenyum padanya
Menyambut penuh nyanyian suka
Hangat mentari pun memeluk mesra
Suatu yang tak pernah menara miliki
Mata telinga terbuka lebar
Biarkan segalanya terasa jelas
Dalam kejelasan itu ia terdiam
Saat sesuatu meleleh dari kelopak mata
Berpaling ia memohon angin
Uapkan air yang segera menetes
Berlari ia mencari pohon besar
Isakkan rasa yang menghampiri
Tanpa dapat ia mengerti
Terduduk ia diantara jejamur payung
Dan berkata
Inikah luka?
Menggores suatu dalam diri
Bagai dihempas udara
Terkatung dalam lubang hitam angkasa
Rapunzel melihat mendengar jelas
Rupa dunia luar
Tak semua dalam ketercukupan"
ArtisiaCenna
Senin, 17 Oktober 2016
MENATAP DANGKAL
"Andai saja kau mau melihat lebih dalam
Keindahan penuh warna
Yang bersemayam dalam jiwaku
Pastinya kau ingin hentikan waktu
Hirupi aura sejuk yang bertebar
Mengalun lembut dari ruang jiwa itu
Berhembus sepoi tanpa kenal lelah
Mengelus segala rasa yang ingin kau dapati
Namun mengapa kau lebih suka menatap dangkal
Lantunkan puji tiada henti pada kanvas
Yang tlah terlukis sang seniman
Lihatlah lebih jauh lebih dalam
Disana ada lukisan mengagumkan
Yang dilukis oleh Maestro Agung
Kajikan itu padaku
Sebab ku tlah bosan akan kedangkalan"
ArtisiaCenna
Keindahan penuh warna
Yang bersemayam dalam jiwaku
Pastinya kau ingin hentikan waktu
Hirupi aura sejuk yang bertebar
Mengalun lembut dari ruang jiwa itu
Berhembus sepoi tanpa kenal lelah
Mengelus segala rasa yang ingin kau dapati
Namun mengapa kau lebih suka menatap dangkal
Lantunkan puji tiada henti pada kanvas
Yang tlah terlukis sang seniman
Lihatlah lebih jauh lebih dalam
Disana ada lukisan mengagumkan
Yang dilukis oleh Maestro Agung
Kajikan itu padaku
Sebab ku tlah bosan akan kedangkalan"
ArtisiaCenna
Minggu, 16 Oktober 2016
BERSENANG DALAM CINTA
"Malam kian mengental
Kemewahan sinar rembulan semarakan malam
Ingin kusentuh jiwamu dalam pejam
Hatiku bergema memuja dirimu
Ya dirimu.....
Bukan kemelekatanmu
Udara pantai yang tajam bergaram
Mendesak hasratku lucuti pribadimu
Mengintai cerita hidupmu dalam keheningan
Bagai sihir yang menjalari reredupan dingin
Semilir mengelus kesunyian yang lembab
Segalamu adalah keajaiban nyata
Betapa malam penuh pesona surga
Meleburkanku ke dalam atmosfer tak beruang
Melayang pelan bagai debu terkena cahaya
Morfin otak meleleh menembusi sel-sel
Mengisi energi aliri tanki raga sepenuhnya
Alam memaksaku tuk bersenang dalam cinta"
ArtisiaCenna
Kemewahan sinar rembulan semarakan malam
Ingin kusentuh jiwamu dalam pejam
Hatiku bergema memuja dirimu
Ya dirimu.....
Bukan kemelekatanmu
Udara pantai yang tajam bergaram
Mendesak hasratku lucuti pribadimu
Mengintai cerita hidupmu dalam keheningan
Bagai sihir yang menjalari reredupan dingin
Semilir mengelus kesunyian yang lembab
Segalamu adalah keajaiban nyata
Betapa malam penuh pesona surga
Meleburkanku ke dalam atmosfer tak beruang
Melayang pelan bagai debu terkena cahaya
Morfin otak meleleh menembusi sel-sel
Mengisi energi aliri tanki raga sepenuhnya
Alam memaksaku tuk bersenang dalam cinta"
ArtisiaCenna
Senin, 10 Oktober 2016
KATAMU
"Kau berkata,
usahlah menangis
Diamlah di bahuku
Rasakan saja
Setiap rasa
Yang berdera
Saringlah rasamu
Buang pahit
Sisakan manis
Jangan sampai
Kau hidup
Tanpa rasa
Sebab rasa
Mengasah nurani
Tajamkan jiwa
Elokkan pribadi
Kau berkata,
Simfoni indah
Dawai biola
Tercipta dari
Gesekan busur
Tangan Musisi
Maka biarlah
Musisi Terhebat
Semesta alam
Menala biolamu
Persembahkan bagimu
Aransemen artistik
Kerajaaan hidupmu"
ArtisiaCenna
usahlah menangis
Diamlah di bahuku
Rasakan saja
Setiap rasa
Yang berdera
Saringlah rasamu
Buang pahit
Sisakan manis
Jangan sampai
Kau hidup
Tanpa rasa
Sebab rasa
Mengasah nurani
Tajamkan jiwa
Elokkan pribadi
Kau berkata,
Simfoni indah
Dawai biola
Tercipta dari
Gesekan busur
Tangan Musisi
Maka biarlah
Musisi Terhebat
Semesta alam
Menala biolamu
Persembahkan bagimu
Aransemen artistik
Kerajaaan hidupmu"
ArtisiaCenna
Minggu, 09 Oktober 2016
RINTIK SIANG
"Tak terkira hujan siang hari lebih meromantis hati dibanding hujan sore hari. Aroma tanah yang mengalah pada basah lembutkan syaraf berkalut. Suara gemeretaknya lebih jelas menyentuh indra. Rintik - rintik itu seolah titik - titik rindu yang menyapa sukma. Gemuruhnya merayu memanja membujuk terbangkan gairah menuju kastil hati yang begitu hangat. Terdekaplah oleh sayap - sayap kebajikan yang selalu jagai resah dari lolongan serigala yang melolong di bawah rembulan di balik dedaudan yang membayang.
Oohhh siang yang redup.....sempurnakan hati yang mencinta"
Oohhh siang yang redup.....sempurnakan hati yang mencinta"
Sabtu, 08 Oktober 2016
TUNJUKAN AKU TUNJUKAN AKU CINTA
"Tunjukan aku
Tunjukan aku cinta
Cinta ada pada bulan dan bintang itu
Syahdukan keindahan tulus
Kepada gelap yang membentang
Tunjukan aku
Tunjukan aku cinta
Cinta ada pada lambaian cemara itu
Hembuskan kesejukan alami
Kepada terik yang berpeluh
Tunjukan aku
Tunjukan aku cinta
Cinta ada pada cerita itu
Alunkan kerinduan suci
Kepada sunyi yang membising
Tunjukan aku
Tunjukan aku cinta
Cinta ada pada hujan itu
Teteskan keheningan khusuk
Kepada gundah yang meracau
Tunjukan aku
Tunjukan aku cinta
Cinta ada pada orisinalitas itu
Energikan intelektualitas murni
Kepada biasa yang mendatar
..................
Kepada sang cinta
Segala puja itu menguntai makna"
ArtisiaCenna
Tunjukan aku cinta
Cinta ada pada bulan dan bintang itu
Syahdukan keindahan tulus
Kepada gelap yang membentang
Tunjukan aku
Tunjukan aku cinta
Cinta ada pada lambaian cemara itu
Hembuskan kesejukan alami
Kepada terik yang berpeluh
Tunjukan aku
Tunjukan aku cinta
Cinta ada pada cerita itu
Alunkan kerinduan suci
Kepada sunyi yang membising
Tunjukan aku
Tunjukan aku cinta
Cinta ada pada hujan itu
Teteskan keheningan khusuk
Kepada gundah yang meracau
Tunjukan aku
Tunjukan aku cinta
Cinta ada pada orisinalitas itu
Energikan intelektualitas murni
Kepada biasa yang mendatar
..................
Kepada sang cinta
Segala puja itu menguntai makna"
ArtisiaCenna
CITA RASA CINTA
"Bersamamu menyelami rasa serasa lebih erotik dibanding menyelami cipta. Cita rasa cintamu bak kopi krimer tanpa gula yang tersesap di langit - langit mulut. Ada daya hidup yang gelorakan jiwa pabila rasamu melarut di seduhan batin. Kuasai dengan nuansa yang menyala - nyala terangi kegelapan langit malam. Adakah yang lebih eksotik dari cita rasa cinta?"
Jumat, 07 Oktober 2016
TATAP DIAMMU
"Tatapmu diam tak dapat kuartikan. Masih tetap saja tak berubah meski kuhela napas memejam tuk marah padamu. Namun marahku justru memerintahmu tuk segera tuntaskan apa yang kau perbuat dengan halus di awal. Kusuka tatapmu yang tak dapat kuartikan dari mulai awal hingga akhir. Sampai kini kusuka itu, menggores senyum kecilku sebelum terlelap"
Rabu, 05 Oktober 2016
SENYUM SEMU
"Kulihat mereka jalani perannya
Berbagai improvisasi warnai geraknya
Tak pernah lelah dustai dirinya
Menentang hari penuh kekhawatiran
Curangi pagi menempuh kepuasan
Terperangkap malam dalam kerisauan
Bersuka cundangi batin sendiri
Tertusuk lara harga diri
Mereka disibuki omong kosong
Tak mengerti arti sejati
Apalah guna surga sehari
Mengiba sorak sorai massa
Tersenyum lebar kesana kemari
Menghamba penghiburan pada keramaian
Mengunci aroma ketakutan pribadi
Oh nelangsa kulihat mereka
Belajarlah Alexander Agung bergemilang
Kejayaannya bukan bual semata
Walau keterbatasan jangkiti pasukannya
Ia cerdas benar cerdas
Ia bijak benar bijak
Ia tangguh benar tangguh
Senyumnya benar-benar senyum"
TrudiousCenna
Berbagai improvisasi warnai geraknya
Tak pernah lelah dustai dirinya
Menentang hari penuh kekhawatiran
Curangi pagi menempuh kepuasan
Terperangkap malam dalam kerisauan
Bersuka cundangi batin sendiri
Tertusuk lara harga diri
Mereka disibuki omong kosong
Tak mengerti arti sejati
Apalah guna surga sehari
Mengiba sorak sorai massa
Tersenyum lebar kesana kemari
Menghamba penghiburan pada keramaian
Mengunci aroma ketakutan pribadi
Oh nelangsa kulihat mereka
Belajarlah Alexander Agung bergemilang
Kejayaannya bukan bual semata
Walau keterbatasan jangkiti pasukannya
Ia cerdas benar cerdas
Ia bijak benar bijak
Ia tangguh benar tangguh
Senyumnya benar-benar senyum"
TrudiousCenna
SENTUHKU BERSAMA KETIGANYA
"Jiwaku berpuisi tumbuh
Kala engkau tercipta
Kagumku padamu meliar
Pesonamu menyeru batinku
Jiwaku berpuisi meraja
Kala engkau terpanggil
Desahku memuisikan engkau
Setiap hari tentangmu
Langkahku adalah dirimu
Pikirku bermantra selalu
Memuja mata senyummu
Terlukislah cintaku padamu
Pada suatu ketika
Jiwaku berpuisi mati
Hidupku menjalar kering
Menyerpih dalam retakan
Lalu jiwamu menghampir
Bisikan rapal cintamu
Akupun bangkit mengutuh
Bagai liquid-metal T-1000
Bisikan alunan cintamu
Setiap detik waktu
Agar tetap kumenghijau
Sembahkan bunga keajaiban
Cinta menghidupi raga
Kasih merawat jiwa
Sayang merabuk idea
Sentuhku bersama ketiganya"
Selasa, 04 Oktober 2016
TEMARAM
"Hujan runtuh sore hari
Menghembus cinta sang Kasih
Pori kehidupan menyesap ecstasy
Turuni hari beranjak sunyi
Nyanyian burung teduhi udara
Sulingkan nada di ruang cakrawala
Langitpun bersenja memerah delima
Jiwa terbawa menembus cinta
Dunia suguhi sajian pelangi
Berlapis warna indah terurai
Rapikan reruntuhan hati bidadari
Yang terpendam kekayaan Ilahi
Manusia berletih memetik cinta
Meski halau menghadang mata
Sebab kerahiman mengalir melaluinya
Tanpanya perjalanan terkabur sia-sia"
TrudiousCenna
Menghembus cinta sang Kasih
Pori kehidupan menyesap ecstasy
Turuni hari beranjak sunyi
Nyanyian burung teduhi udara
Sulingkan nada di ruang cakrawala
Langitpun bersenja memerah delima
Jiwa terbawa menembus cinta
Dunia suguhi sajian pelangi
Berlapis warna indah terurai
Rapikan reruntuhan hati bidadari
Yang terpendam kekayaan Ilahi
Manusia berletih memetik cinta
Meski halau menghadang mata
Sebab kerahiman mengalir melaluinya
Tanpanya perjalanan terkabur sia-sia"
TrudiousCenna
Minggu, 02 Oktober 2016
KUSUKA SETIAP DIRINYA
"Hening
Kutatap cermin
Sesosok wanita menerawang
Jauh kutelusuri terawang itu
Setitik duka menggumpal
Kubertanya dalam batin
Mengapa ia diam
Tak coba pecahkan
oh tidak!!!
Samar kulihat air mata
tenang tak mengalir
Tak ada ombak
Bagai danau sunyi
Kutatap dalam raut itu
Senyum tipis manis menggoda
Kumengerti kini
Mengapa titik duka itu tetap ada
Ia tlah berdamai
Bersama titik gumpal itu
Sedikitpun tak menggores cantiknya
Seakan ia berkata
'Datanglah kapanpun kau mau'
Duka itu bukan ancaman baginya
Lalu mengapa ia merenung
Dan mengapa juga
Kumenyukai setiap dirinya"
ArtisiaCenna
Kutatap cermin
Sesosok wanita menerawang
Jauh kutelusuri terawang itu
Setitik duka menggumpal
Kubertanya dalam batin
Mengapa ia diam
Tak coba pecahkan
oh tidak!!!
Samar kulihat air mata
tenang tak mengalir
Tak ada ombak
Bagai danau sunyi
Kutatap dalam raut itu
Senyum tipis manis menggoda
Kumengerti kini
Mengapa titik duka itu tetap ada
Ia tlah berdamai
Bersama titik gumpal itu
Sedikitpun tak menggores cantiknya
Seakan ia berkata
'Datanglah kapanpun kau mau'
Duka itu bukan ancaman baginya
Lalu mengapa ia merenung
Dan mengapa juga
Kumenyukai setiap dirinya"
ArtisiaCenna
Langganan:
Postingan (Atom)