Selasa, 25 Oktober 2016

SHIT

Kumulai takut pada kebiasaan 'misuhku'. Setiap mengalami ketidakenakan suasana, suka sekali aku mengumpat untuk menetralkan suasana hatiku kembali. Mungkin ini salah satu cara meditasi hehehehe.......

Anehnya para kerabat atau kawan dekat suka memancingku untuk 'memisuhinya'. Sengaja mereka menggoda hanya untuk mendapat umpatan dariku. Mereka justru takut kalo aku diam. Barangkali diamku itu 'malati' (bikin kualat) atau bisa disebut diamku itu 'natural killer' hahhahaaa.........

Suatu hari seseorang mengejarku hanya untuk menggoda atas kesialanku. Dia berdiri tanpa bergerak menunggu reaksiku.Lalu aku mulai menarik sedikit kelopak mata dan bibir sambi acungkan jari tengahku padanya. Dia pun tertawa puas melihat itu. Mungkin ekspresi 'misuhku' manis baginya sampai - sampai dia menantikannya.

Kerisauanku mulai  tersadari ketika aku mengumpat tanpa objek penderita hehehe.....
Saat itu aku hendak melewati jalan keluar dan ternyata jalan keluar dialihkan tanpa pemberitahuan karna ada acara. Aku yang sudah terlanjur santai melewati harus berhenti mendadak dengan rasa kaget karna jalur itu direntang tali sebagai tanda ditutup. Spontan kuinjak rem dan keluarlah kata 'shit' (lumayanlah dari pada aku melontar kata 'kake'ane', dengan 'stressing' yang benar dan tepat logat Semarang). Terpaksa aku bersusah payah mundur pada jalan sempit yang dipenuhi mobil parkir.

Hal itu membuatku sadar bahwa aku harus membiasakan diri melepas jeratan umpatan. Untunglah ketika beberapa hari lalu aku dipersulit birokrasi urusan bank, aku bisa menahan 'misuh' pada pihak cs. Dibuatnya aku bolak balik menunggu kejelasan. Padahal sudah kuikuti terus prosedur yang diminta lagi pula itu kan uang kami sendiri. 'Ketidakmisuhanku' kala itu memuaskan diriku karna ternyata aku mampu bersikap elegan dalam kondisi tidak beruntung berhari - hari. Ini membuat pihak bank meminta maaf atas proses itu. Akupun tetap bisa tersenyum menanggapinya meski batinku berkata "Tuhanlah yang akan menilai dan yang berhak memberimu pemahaman".

Keberuntungan sikapku itu sangat aku apresiasi namun aku tetap  harus membiasakan diri untuk tidak 'misuh', sebab aku sadar bahwa beruntung itu sifatnya  tidak selalu.

Salam Misuh,
Trudious Artisia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar