Rabu, 23 November 2016

HENTAKAN SAJA

"Kusuka caraku menyakitimu
Nikmati raut muka tanpa senyum itu
Sesap aroma pedih batinmu
Kubiarkan kau tergigil derita

Aku membencimu karna mencintaimu
Kuingin kau tau betapa kutersiksa
Diantara benar dan salah
Yang tak pernah bisa kuakhiri

Kusuka caramu bertahan
Kendalikan serang yang kulempar
Tak pernah kembali menyerang
Walau kau mampu buatku tercacar

Aku membenci diriku sendiri
Tak mampu sungkurkanmu
Bahkan setetes darah tak berkucur
Tak semudah kupikir

Kesalku kian memadat
Tatkala kau beri senyum
Kau menertawakan kemampuanku
Dentuman lelah menyerangku kini

Mengapa tak kau hentakan saja kakimu
Sampai kulenyap......."


Trudious Artisia

Senin, 21 November 2016

KALAH

"Besar nyaliku hianatimu
Bagai Aphrodite hianati Hephaestus
Bersenang bersama dewa dewa
Berkasih dengan Ares

Namun ciut nyaliku hianatiku
Hatiku tak bisa kuajak bersenang
Bersama pandhawa pandhawa
Bahkan berkasih dengan rupawan Arjuna

Tlah kucoba lampiaskan ego
Tunjukan mereka duniaku
Nikmati segala yang terlupa
Membebas percikan kesenangan

Lalu kuletakkan engkau dalam peti
Pendam fosilkan di tanah sunyi
Berharap arkeolog temukan kelak
Abadikan hikayat cinta terbengkalai ini

Andai itu mulus sesuai teoriku
Tak perlu kumuali caraku berperang
Para ksatriaku terbunuh melawanmu
Engkau tetap menahtai kerajaanku"



Trudious Artisia

Sabtu, 19 November 2016

KENDALI

"Hati berkalut di belantara deras hujan
Kuhentikan langkah
Ujung kaki kiriku bersentuh lantai
Selangkah di belakang kaki kananku
Kepalaku menengadah ke atas
Memejam mata
Meredam letupan buih hatiku

Suara pesan bukakan pejamku
Tabik cinta muncul dari nama istimewa
Pecahkan es yang membelit
Kaki kiri menapak sejajar kanan
Tegakkan posisi berdiriku

Setiap kali kuhendak berbalik
Selalu saja kendalinya bekerja
Koreksi kaki menuju"

Trudious Artisia

Kamis, 17 November 2016

KERTAS DAN PENSIL

"Pernahku terbunuh sepi
Kuserahkan diri pada kepalsuan
Mengalah pada kerisauan
Tenggelamkan diri dalam kuasa luar

Merontaku tak karuan
Trudious buatkan jalan
Kembaliku pada sunyi
Kubunuhi sepi yang bermanja

Letihku berdatang
Mataku terpejam
Nafasku dalam
Tubuhku terbelai tenang

Sepi seketika mati
Dalam kertas dan pensil"

Trudious Artisia

Selasa, 08 November 2016

KUPERCAYA

"Masih teringat hari
Dimana engkau telantarkanku
Perjalanan yang jauh
Bahkan kau tau
Aku tak pernah mengerti arah

Dengan tegap kau mengangkasa
Tanpa melihatku
Kuhanya bisa memandang
Meremas udara jejakmu
Terbuka sudah tabir hatimu

Hatiku bergema suara - suara
Ya sudah, begitulah, baiklah, biarlah
Dan kuberkepak
Coba beranjak
Ikuti hati bertuntun cinta yang tersisa
Terkadang haus terkadang lapar
Tetap kuberkepak
Meski terik meski hujan

Kupercaya
Akan selalu ada tempat
Bagi Pingai bertengger
Walau kayu berdahan rapuh
Takkan jatuhkannya
Sebab sayap cinta selalu memeluknya"

Artisia

Senin, 07 November 2016

Minggu, 06 November 2016

MENEMUKAN DIRIKU

"Ada yang hilang
Jangtungku berdetak tak beratur
Kuikuti tawa mereka
Membising menutup suara lain
Namun hatiku tetap ingin merasa
Kebosanan menyerangku
Berkali sudah bosan selamatkanku
Ada baiknya kuberpihak padanya

Beranjak kutinggalkan fatamorgana
Sensasi nikmat luar yang mengiklan
Diam kubiarkan angin menembusku
Jantung berdetak mulai beratur
Pahami perasaan yang mengatur
Kucari suatu yang mengosong
Mataku memejam tenang
Menjelajah rasa dalam batin
Sanubari membenciku
Sel-sel tubuh tak kenaliku
Itukah asing yang kurasa?
Sungguh kurasa dikhianati raga sendiri
Betapa kesenangan hidup tak buatnya merasa
Bahwa kutlah berjasa

Aku.....
Aku kehilangan diriku.....

Kubuka mata
Kuhirup udara sebanyaknya
Lunglai kuberjalan jauhi kebisingan
Terasa kehabisan tenaga
Mencari diriku sendiri
Google tak banyak membantu
Teknologi navigasi tak dapat kuandalkan

Sejenak kuterhenti
Bukankah kumiliki sistem navigasi sendiri?
Hati....
Ya.....Hatiku
Muhammad SAW bersabda,
-Mintalah fatwa pada hatimu-

Dalam damai sunyi kujumpai hati
Mencari diri yang tinggalkanku
Hati berpetunjuk akan diriku berada
Ia berdiri di sisi telaga kasih
Belakangiku tak mau beri pandang
Begitu terluka terhina aku olehnya
Kurentang tangan dan berpasrah
Hatiku merendah
Neuron- neuron bergerak aktif
Kudapati diriku kembali

Apalah arti hidup jika harus kehilangan diriku
Semua tak sebanding
Kesenangan hidup hanya muslihat melelahkan
Tatacaranya tak menjanjikan apa-apa
Kecuali jiwa pencemburu

Sunyi semakin membening
Sebening kutemukan diriku kembali
Adalah segalanya diriku bagi jiwa raga ini
Melaluinya cinta Tuhan mengalir
Pahamkan segala yang ingin kumengerti
Jalaludin Rumi berkata,
-Semua ada di dalam dirimu
Mintalah melalui dirimu-

Lebih berdaya kini aku
Mampu mencipta nuansa keindahan
Elizabeth Towne percaya,
-Manusia adalah magnet
Setiap detil peristiwa yang dialami
Datang atas daya tariknya sendiri-"



    Trudious Artisia

Jumat, 04 November 2016

Rabu, 02 November 2016

MATI SENDIRI

Ada sebuah kalimat dari seorang kawan yang sampai kini selalu kuingat. Ketika itu kami sedang membincangkan sikap seseorang yang sangat tidak menyenangkan. Kami tertawa membicarakan ketidakenakan hal tersebut karna kami menyajikannya secara lucu. Walau kesannya lucu namun tidak menghilangkan nilai kebodohan sikap seorang tersebut. Kemudian kawanku mengakhiri perbincangan dengan mengucapkan "wes ben jarke wae, mengko kan mati dewe (biarin aja nanti kan mati sendiri)". Spontan aku tertawa terbahak - bahak. Aku pikir dia akan memberikan kata penutup dengan sesuatu yang mengagumkan. Awalnya dengan seksama kudiam untuk mencerna kata - kata yang kupikir dikemas baik ternyata hanya kata - kata gila saja.   Mengapa kutertawa karena teringat pada televisi. Dalam otakku kata - kata tersebut untuk tv yang jika penontonnya mengantuk saat melihatnya namun sudah set waktu agar otomatis mati sendiri kemudian disarankan tuk mematikannya. Penonton itu akan menjawab "biarin aja nanti kan mati sendiri".     Yang kami bicarakan tadi adalah produk sikap seseorang (mahluk hidup), bukan benda mati. Sadis sekali rasanya kalimat itu digunakan. Namun sungguh itu suatu yang luar biasa cerdas. Hingga akhirnya itu merubah hidupku. Tertanam dalam pribadiku jika menghadapi ketidakenakan akan sikap orang maka aku diamkan saja dengan prinsip "mengko kan mati dewe" hehehhee......   Mati disini adalah matinya sikap tersebut. Aku yakin akan ada kekuatan yang mematikannya cepat atau lambat jadi tak perlu membuang energi. Hidup kita terlalu berharga untuk dicemari energi negatif. Prinsip tadi menjadi tameng agar gelombang energi jernih kita tidak terbawa oleh gelombang keruh orang tersebut.   Mungkin itu adalah prinsip kesabaran, keikhlasan menghadapi ketidakenakan atas sikap orang lain terhadap kita. Teringat pada kisah nabi Muhammad yang diludahi oleh seorang yang membencinya setiap kali akan ke masjid. Beliau tidak pernah membalasnya, justru merindukan ketika suatu hari nabi Muhammad tak diludahi ketika lewat. Ternyata orang tersebut sakit.  Nah benar kan cepat atau lambat akan ada kekuatan yang menghentikannya.   Terkadang sikap tidak baik timbul bukan soal sebab akibat namun kualitas pribadi kita yang memang tidak baik. Pabila menghadapi suatu yang tak sesuai harapan, pribadi lemah akan mudah bereaksi menyakiti. Dan manusia yang merawat energi negatif akan selalu mudah menemukan kebencian. Bahkan terhadap keindahan ia akan melihat keburukan.


Salam Cinta
Trudious Artisia