Sabtu, 11 Maret 2017

ADAKU I

Pagi ini kau bercerita padaku tentang seseorang yang menghabiskan waktunya untuk menyakitimu. Aku diam mendengarnya, ada getar sedih yang kutangkap dalam nada suaramu. Jika boleh kuartikan getar nada itu adalah getar sedih yang penuh keprihatinan.  Awalnya aku beramsumsi engkau sedih karna perlakuan wanita itu kepadamu, namun di akhir kau bercerita kuberkesimpulan lain. Engkau sedih merasakan betapa kasihan wanita itu yang secara sadar merusak batinnya sendiri dan menunjukan kegagalan dirinya membentuk pribadi yang mempesona.

Segala rasa hormatmu yang tinggi terhadap manusia lain tak kulihat di dirimu terhadapnya. Kudapati suaramu merasakan malu pada cara wanita itu menyakitimu. Kau kasihan pada kenorakan yang ada pada pribadi wanita itu.

Aku suka caramu menanggapinya. Pengabaianmu terhadapnya menunjukan tingkatmu yang berbeda darinya. Aku tau kau akan menanggapi seseorang yang levelnya lebih darimu, paling tidak sama denganmu. Aku juga suka padamu yang tidak mudah tertarik pada level wanita itu, sekuat apa dirinya menarikmu.

Yang lebih membanggakan adalah kesimpulanmu, bahwa ia tak memiliki atau gagal memaknai kebahagiaan sejati . Kau bilang, seseorang yang mencari perhatian musuh dengan menunjuk nunjukan gambar kemesraan adalah kepalsuan. Sebuah kebodohan nyata bagi seseorang sepertimu. Sebab jika ia memang bahagia, untuk apa lagi ada keraguan dalam dirinya sehingga menjadi perlu untuk memperlihatkannya pada orang lain apalagi pada musuhnya. Seperti engkau yang selalu memiliki hati yang bahagia dan cukup, maka segala yang kau miliki tak perlu kau tunjuk – tunjukan dengan cara demikian. Kau tak mau apa yang kau miliki menjadi sarana untuk menyakiti orang lain.


Terima kasih untukmu yang selalu menginspirasi tentang kesejatian.....Teruslah tersenyum untuk mereka, bahkan bagi mereka yang selalu menyediakan hati untuk menyakitimu. Biarlah jiwamu selalu menjadi lentera untuk dunia.....untukku.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar