Pagi ini kau bercerita
padaku tentang seseorang yang menghabiskan waktunya untuk menyakitimu. Aku diam
mendengarnya, ada getar sedih yang kutangkap dalam nada suaramu. Jika boleh
kuartikan getar nada itu adalah getar sedih yang penuh keprihatinan. Awalnya aku beramsumsi engkau sedih karna
perlakuan wanita itu kepadamu, namun di akhir kau bercerita kuberkesimpulan
lain. Engkau sedih merasakan betapa kasihan wanita itu yang secara sadar
merusak batinnya sendiri dan menunjukan kegagalan dirinya membentuk pribadi
yang mempesona.
Segala rasa hormatmu yang
tinggi terhadap manusia lain tak kulihat di dirimu terhadapnya. Kudapati
suaramu merasakan malu pada cara wanita itu menyakitimu. Kau kasihan pada
kenorakan yang ada pada pribadi wanita itu.
Aku suka caramu menanggapinya.
Pengabaianmu terhadapnya menunjukan tingkatmu yang berbeda darinya. Aku tau kau
akan menanggapi seseorang yang levelnya lebih darimu, paling tidak sama
denganmu. Aku juga suka padamu yang tidak mudah tertarik pada level wanita itu,
sekuat apa dirinya menarikmu.
Yang
lebih membanggakan adalah kesimpulanmu, bahwa ia tak memiliki atau gagal
memaknai kebahagiaan sejati . Kau bilang, seseorang yang mencari perhatian
musuh dengan menunjuk nunjukan gambar kemesraan adalah kepalsuan. Sebuah
kebodohan nyata bagi seseorang sepertimu. Sebab jika ia memang bahagia, untuk
apa lagi ada keraguan dalam dirinya sehingga menjadi perlu untuk
memperlihatkannya pada orang lain apalagi pada musuhnya. Seperti engkau yang
selalu memiliki hati yang bahagia dan cukup, maka segala yang kau miliki tak
perlu kau tunjuk – tunjukan dengan cara demikian. Kau tak mau apa yang kau
miliki menjadi sarana untuk menyakiti orang lain.
Terima kasih untukmu yang
selalu menginspirasi tentang kesejatian.....Teruslah tersenyum untuk mereka,
bahkan bagi mereka yang selalu menyediakan hati untuk menyakitimu. Biarlah
jiwamu selalu menjadi lentera untuk dunia.....untukku.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar