Kala itu kau dan kakakmu berbincang - bincang tentang kehidupan. Saat mulai bosan, kau ingin melanjutkan bacaanmu. Dengan hening kau membenci panggilan kakakmu karna mengganggu konsentrasi bacamu. Namun bagaimanapun juga kau tetap memberi perhatianmu untuk menghormatinya.
Dia bilang "kamu mau ga aku belikan baju ini?", sambil utak atik hp nya.
Dengan gembira kau jawab "Mau mbak mau".
"Sepertinya ini cocok buatmu, pas, bagus untuk kamu. Kalo aku ga bagus sih pake itu" berkata ia tanpa menatapmu.
Kau senang sekali karna pasti dia tau seleramu yang sederhana namun aneh - aneh dikit "iyah mbak, mana mbak coba kulihat".
"Bentar yah aku cariin bentar" "Ini dia nih kayak gini" sambil ia sodorkan layar hp-nya padamu.
Seketika kulihat kau melotot dan memaki - maki ia dengan kata kasar khas dirimu. Belum puas, kau memaki sambil menunjuk mukanya. Saking kesalmu melihat ekspresinya yang hanya duduk dan senyum lebar meringas meringis sambil melihatmu marah - marah, kau mendengus kesal padanya.
Dia tetap tertawa puas melihatmu kesal padanya. Bagaimana tidak kesal, engkau sudah girang saja dengan kebaikannya akan membelikanmu baju. Kau membayangkan betapa bagusnya memakai baju yang sengaja ia pilihkan untukmu (kauyakin sekali dia mengerti betul seleramu). Kau mengumpatnya setelah melihat gambar anak perempuan kecil gendut memakai baju puteri duyung yang sedang bermain di pantai. Fotonya sangat menggelikan sekaligus menjijikan karna terbayang engkau memakainya.
Kau memang kasar, tak peduli pada siapa kau berhadapan. Kalau sudah terganggu kau mudah memaki, meski kuakui kecantikanmu tak hilang dengan kekasaranmu.
Namun entah kenapa sehari setelah itu aku malah tertawa - tertawa sendiri teringat ekspresimu itu. Kau yang terbiasa membodohi orang lain, ternyata kau marah juga saat dikerjain.
Begitulah terkadang sesuatu yang memuakkan bisa menjadi hal menggelikan bagi kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar