Selasa, 09 Oktober 2018
Minggu, 16 September 2018
Minggu, 09 September 2018
ANGSA PUCAT
"Di telaga damai
Ingin kutenggelamkan gejolak
Biar sejuk menghempas lara
Memeluk perih yang tak kurasa
Limpah air menyamar rintih
Deruku berpadu tirta telaga
Pedihku larut tak bersisa
Lenyap di perairan tak berombak
Aku hanya angsa pucat
Yang tak tau gelapnya siang
Tak mengerti terangnya malam
Masihkah aku sebuah ancaman
Gerakku takkan mengubah pesta
Hadirku takkan menghias hari
Mengapa senyumku tetap terlarang
Tawaku dibungkam kain caci
Mentari tertutup rindang dedaun
Gelap lembab tak berpenghuni
Alirkan aura angker suram
Kehidupan yang tak menghidupi
Ku tak lagi ber ingin
Tiada duka maupun suka
Ku tak lagi berasa
Tiada ragu ataupun teguh"
Trudious Artisia
Ingin kutenggelamkan gejolak
Biar sejuk menghempas lara
Memeluk perih yang tak kurasa
Limpah air menyamar rintih
Deruku berpadu tirta telaga
Pedihku larut tak bersisa
Lenyap di perairan tak berombak
Aku hanya angsa pucat
Yang tak tau gelapnya siang
Tak mengerti terangnya malam
Masihkah aku sebuah ancaman
Gerakku takkan mengubah pesta
Hadirku takkan menghias hari
Mengapa senyumku tetap terlarang
Tawaku dibungkam kain caci
Mentari tertutup rindang dedaun
Gelap lembab tak berpenghuni
Alirkan aura angker suram
Kehidupan yang tak menghidupi
Ku tak lagi ber ingin
Tiada duka maupun suka
Ku tak lagi berasa
Tiada ragu ataupun teguh"
Trudious Artisia
Sabtu, 04 Agustus 2018
Kamis, 26 Juli 2018
TERCANDU
"Pandangnya berselubung butir kaca
Duduk termenung diantara pustaka
Layar imajinya melukis rupa
Seorang yang ia damba
Benaknya berucap kata
Adakah cintaku sesakkan dadamu
Berjuntai mauku inginkan pelukmu
Kuhenti waktu mengiba senyummu
Pingai berkedip hapus imaji
Terpejam mata menelan saliva
Sayapnya bergeliat bawanya terbang
Tembus wewangian udara rimba
Tawanya getar dedaun rimbun
Bermain sepanjang jarum waktu
Nantikan sapa sang pujaan
Yang mengenergi segenap ruhani
Dunianya hanya berkisar kasihnya
Sejauh mana dirinya bermain
Riangnya berpusat di satu fokus
Titik yang menawan jiwanya
Pingai yang malang
Cinta tlah menusukmu
Tepat di jantungmu
Kau tercandu kini"
Trudious Artisia
Duduk termenung diantara pustaka
Layar imajinya melukis rupa
Seorang yang ia damba
Benaknya berucap kata
Adakah cintaku sesakkan dadamu
Berjuntai mauku inginkan pelukmu
Kuhenti waktu mengiba senyummu
Pingai berkedip hapus imaji
Terpejam mata menelan saliva
Sayapnya bergeliat bawanya terbang
Tembus wewangian udara rimba
Tawanya getar dedaun rimbun
Bermain sepanjang jarum waktu
Nantikan sapa sang pujaan
Yang mengenergi segenap ruhani
Dunianya hanya berkisar kasihnya
Sejauh mana dirinya bermain
Riangnya berpusat di satu fokus
Titik yang menawan jiwanya
Pingai yang malang
Cinta tlah menusukmu
Tepat di jantungmu
Kau tercandu kini"
Trudious Artisia
Selasa, 17 Juli 2018
Kamis, 07 Juni 2018
SUAKA CINTA
"Menjadi normal begitu membosankan
Pernahku menyerah pada alun konstan
Sepakati suara dunia
Tunduk pada aturan mereka
Mungkin saja kusalah menelusur
Mencari yang tak pernah tercipta
Dunia tak menyediakan persona
Yang mengimaji di ruang fikirku
Kuberserah pada kebosanan nyata
Menjadi normal atas ukuran mereka
Nyaris jentikku menekan sumbu
Padamkan api imaji yang menari
Tiba - tiba kau hadir
muncul tepat di hadapku
Seketika jiwaku mengindra dirimu
Sesosok yang hidup di benakku
Masapun kulewati dengan mengharapmu
Rapal doa selalu tergumam
Kepada Tuhan pemilik jiwamu
Kubersungguh memintamu untuk diriku
Tak mudah kumeraihmu
Jalan kulalui berjejak darahku
Eksamen menusuk di setiap sudut
Hingga dayaku tinggal bersisa doa
Kini kita dipersatukan
Oleh bulan seribu bulan
Cinta kita bertumbuh kembang
Selnya membelah diri aktif
Genggam tanganku, wahai kekasih
Jadikan diriku sebabmu bahagia
Abdikan diriku dalam cintamu
Suaka cinta kita menuju
Cintaku tak berhenti di dunia
Kuingin berkasih sampai di surga
Bersamamu menyesap nikmat asasi
Yang terberkati renjana ilahi"
Artisia
Pernahku menyerah pada alun konstan
Sepakati suara dunia
Tunduk pada aturan mereka
Mungkin saja kusalah menelusur
Mencari yang tak pernah tercipta
Dunia tak menyediakan persona
Yang mengimaji di ruang fikirku
Kuberserah pada kebosanan nyata
Menjadi normal atas ukuran mereka
Nyaris jentikku menekan sumbu
Padamkan api imaji yang menari
Tiba - tiba kau hadir
muncul tepat di hadapku
Seketika jiwaku mengindra dirimu
Sesosok yang hidup di benakku
Masapun kulewati dengan mengharapmu
Rapal doa selalu tergumam
Kepada Tuhan pemilik jiwamu
Kubersungguh memintamu untuk diriku
Tak mudah kumeraihmu
Jalan kulalui berjejak darahku
Eksamen menusuk di setiap sudut
Hingga dayaku tinggal bersisa doa
Kini kita dipersatukan
Oleh bulan seribu bulan
Cinta kita bertumbuh kembang
Selnya membelah diri aktif
Genggam tanganku, wahai kekasih
Jadikan diriku sebabmu bahagia
Abdikan diriku dalam cintamu
Suaka cinta kita menuju
Cintaku tak berhenti di dunia
Kuingin berkasih sampai di surga
Bersamamu menyesap nikmat asasi
Yang terberkati renjana ilahi"
Artisia
Rabu, 30 Mei 2018
CAPPUCINO CINCAU
"Rasamu lekat menyengat bagai paduan rasa unik cappucino cincau, gurih creamy cappucino dan kenyal padat cincau"
"Saat lidahku menyatu dengan cita rasa cappucino cincau, sulit sudah aku mengelak dari ranjau rasa yang ditawarkan"
"Rasamu terkandung enzim yang melumat syaraf sadarku, hingga tak mampu berhenti sesapi nikmatmu sebelum kau habis"
"Kini rasa itu tak dapat hilang dari otakku. Menyelubung fikiranku yang selalu rindui rasa unikmu kembali menyatu di lidahku hingga kuterpejam mengejang"
Artisia
"Saat lidahku menyatu dengan cita rasa cappucino cincau, sulit sudah aku mengelak dari ranjau rasa yang ditawarkan"
"Rasamu terkandung enzim yang melumat syaraf sadarku, hingga tak mampu berhenti sesapi nikmatmu sebelum kau habis"
"Kini rasa itu tak dapat hilang dari otakku. Menyelubung fikiranku yang selalu rindui rasa unikmu kembali menyatu di lidahku hingga kuterpejam mengejang"
Artisia
Minggu, 27 Mei 2018
MUARA JIWA
"Kumintakan pada pemilikmu
Agar Ia ijinkan kau
Menjadi halal bagiku
Tak semudah disangka
Tuhan perlu melihat kadarku
Pantaskah aku akan gubahanNya
Dibentangkan diriku jauh darinya
Tempatkan aku di ujung kesunyian
Tangisku mengisak dalam diam
Tetap kuberjalan meski gemetar
Takkan kulawan apapun, menjaga bahagiamu
Oleh sebab Tuhan yang meminta
Dihujankan panah menghunus hariku
Kuberdiam menahan derita pedih
Kucur darahku tak lagi kurasa
Merangkak kucari tempat berteduh
Takkan kurengekan apapun, menjaga damaimu
Oleh sebab Tuhan yang meminta
Tak cukup itu semua
Tuhan mengulur waktu
Dihadapkan aku pada ketidak mungkinan
Menguji sabar atas kehendakNya
Takkan kusedihkan apapun, menjaga nilaimu
Oleh sebab Tuhan yang meminta
Tiba waktunya sudah
Hembus nafasku berurai syukur
Kala kudengar ikrarmu
Di hadapan manusia dan Tuhan
Terimaku sebagai puisi hidupmu
Oleh sebab Tuhan berkenan
Engkau makna terindah puisi hidupku
Surgaku ada padamu, wahai muara jiwaku"
Trudious Artisia
Agar Ia ijinkan kau
Menjadi halal bagiku
Tak semudah disangka
Tuhan perlu melihat kadarku
Pantaskah aku akan gubahanNya
Dibentangkan diriku jauh darinya
Tempatkan aku di ujung kesunyian
Tangisku mengisak dalam diam
Tetap kuberjalan meski gemetar
Takkan kulawan apapun, menjaga bahagiamu
Oleh sebab Tuhan yang meminta
Dihujankan panah menghunus hariku
Kuberdiam menahan derita pedih
Kucur darahku tak lagi kurasa
Merangkak kucari tempat berteduh
Takkan kurengekan apapun, menjaga damaimu
Oleh sebab Tuhan yang meminta
Tak cukup itu semua
Tuhan mengulur waktu
Dihadapkan aku pada ketidak mungkinan
Menguji sabar atas kehendakNya
Takkan kusedihkan apapun, menjaga nilaimu
Oleh sebab Tuhan yang meminta
Tiba waktunya sudah
Hembus nafasku berurai syukur
Kala kudengar ikrarmu
Di hadapan manusia dan Tuhan
Terimaku sebagai puisi hidupmu
Oleh sebab Tuhan berkenan
Engkau makna terindah puisi hidupku
Surgaku ada padamu, wahai muara jiwaku"
Trudious Artisia
Minggu, 22 April 2018
Selasa, 10 April 2018
RENDAHKAN HATI
"Tiada yang berat di dunia ini
Jika mengharap serta Tuhan
Lalu mengapa langkah terjerat
Sedang janji Tuhan adalah nyata
Menyisikan Tuhan
Berkira mampu tuntasi hasrat
Berstrategi sedemikian rupa
Hentak sana hentak sini
Bagai tarian cakil
Mainkan kedua keris di tangan
Dengan akhir cerita
Selalu tertusuk keris sendiri
Mengapa bersibuk diri
Untuk sendawa dunia
Segala kesanggupan adalah milik Tuhan
Jika tlah disesatkan
Maka tak seorangpun mampu
Selamatkan kekerdilan mahluk lemah
Bernama manusia
Tunduklah
Rendahkan hati karnaNya
Sebab jika tidak
Semesta kan menunduk paksakan
Dengan caranya sendiri
Atas kehendak Tuhan
..........
Ampuni dosaku, Tuhan
Berjuta aib tlah Kau tutupi
Maha suci Engkau, pengendali jagad raya"
ArtisiaCenna
Jika mengharap serta Tuhan
Lalu mengapa langkah terjerat
Sedang janji Tuhan adalah nyata
Menyisikan Tuhan
Berkira mampu tuntasi hasrat
Berstrategi sedemikian rupa
Hentak sana hentak sini
Bagai tarian cakil
Mainkan kedua keris di tangan
Dengan akhir cerita
Selalu tertusuk keris sendiri
Mengapa bersibuk diri
Untuk sendawa dunia
Segala kesanggupan adalah milik Tuhan
Jika tlah disesatkan
Maka tak seorangpun mampu
Selamatkan kekerdilan mahluk lemah
Bernama manusia
Tunduklah
Rendahkan hati karnaNya
Sebab jika tidak
Semesta kan menunduk paksakan
Dengan caranya sendiri
Atas kehendak Tuhan
..........
Ampuni dosaku, Tuhan
Berjuta aib tlah Kau tutupi
Maha suci Engkau, pengendali jagad raya"
ArtisiaCenna
Senin, 09 April 2018
BELANTARA MAKNA
"Kita adalah gerah
Baginya yang terhormat
Kita adalah penjara
Baginya yang mulia
Kita adalah debu
Baginya yang bersih
Jika lisan tlah berbeda
Dengan isian hati
Maka urusan Tuhan pun
Rela kau bungkus rapi
Dengan dusta berpita cantik
Tak perlu kita memaksa
Menjadi hembus sejuk
Di dalam ruang pengab
Tak perlu kita berkeras
Menjadi istana damai
Pada tanah gersang
Tak perlu kita mendesak
Menjadi air jernih
Di atas genangan jalan
Dalam belantara makna
Sampailah kita pada terang
Bahwa cintapun dipajang
Didandani ala kepentingan
Negeri kepuraan
Dibangun di atas pasir pantai
Teruslah bermegah membangun
Walau abrasi mampu melumat setiap saat
Untukmu yang pernah bersatu
Dalam tubuh
Yang membuka selubung kepalsuan
Terima kasih.....
Kita adalah kesejukan, kedamaian, kejernihan"
Artisia Cenna
Baginya yang terhormat
Kita adalah penjara
Baginya yang mulia
Kita adalah debu
Baginya yang bersih
Jika lisan tlah berbeda
Dengan isian hati
Maka urusan Tuhan pun
Rela kau bungkus rapi
Dengan dusta berpita cantik
Tak perlu kita memaksa
Menjadi hembus sejuk
Di dalam ruang pengab
Tak perlu kita berkeras
Menjadi istana damai
Pada tanah gersang
Tak perlu kita mendesak
Menjadi air jernih
Di atas genangan jalan
Dalam belantara makna
Sampailah kita pada terang
Bahwa cintapun dipajang
Didandani ala kepentingan
Negeri kepuraan
Dibangun di atas pasir pantai
Teruslah bermegah membangun
Walau abrasi mampu melumat setiap saat
Untukmu yang pernah bersatu
Dalam tubuh
Yang membuka selubung kepalsuan
Terima kasih.....
Kita adalah kesejukan, kedamaian, kejernihan"
Artisia Cenna
Kamis, 05 April 2018
TEMUKAN DIRIMU
"Kehilangan dirinya sendiri
Pingai kabur pandang
Mendarat tumbang
Ia tak lagi terbang
Berjalan menuju sudut taman
Sesuatu terjadi
Kudengar nada di hati
Melodi dengan tempo lambat
Harmoni yang minor
Ia titikkan bulir air
Sayapnya meregangi dada
Bergetar tubuhnya
Ia menggigil?
Ohh tidak....
Ia menahan tangis
Ayolah Pingai
Temukan dirimu
Hidup dalam jiwamu
Lepaskan jiwa lain
Agar tak sesak ruangmu
Buka matamu
Berkepaklah
Berdansa di angkasa
Sapa mentari dan rembulan
Terima terang dan gelap dunia
Masih banyak cinta tersemai
Masih banyak kasih bertabur
Untukmu.....
Untukmu....."
Trudious Artisia
Pingai kabur pandang
Mendarat tumbang
Ia tak lagi terbang
Berjalan menuju sudut taman
Sesuatu terjadi
Kudengar nada di hati
Melodi dengan tempo lambat
Harmoni yang minor
Ia titikkan bulir air
Sayapnya meregangi dada
Bergetar tubuhnya
Ia menggigil?
Ohh tidak....
Ia menahan tangis
Ayolah Pingai
Temukan dirimu
Hidup dalam jiwamu
Lepaskan jiwa lain
Agar tak sesak ruangmu
Buka matamu
Berkepaklah
Berdansa di angkasa
Sapa mentari dan rembulan
Terima terang dan gelap dunia
Masih banyak cinta tersemai
Masih banyak kasih bertabur
Untukmu.....
Untukmu....."
Trudious Artisia
Sabtu, 24 Maret 2018
Kamis, 22 Maret 2018
BISA
"Suara angin menyentuh dedaun
Mendesir guguri sang lapuk
Sepoi suara hatiku
Ingin gelombangkan nada panggil
Agar pelukmu hampiri diriku
Menahannya menyiksa ruang batin
Melepasnya mengoyak tepian naluri
Kau tau?....Aku melemah
Dalam batas gerak atau henti
Jika sehari akalku mampu merela
Melangkah tanpa berita
Melesat tanpa pesan
Cintamu yang menghidupi
Dua hari akalku menggembung
Dipenuhi rindu yang memompa
Jutaan hasrat mendesak garda
Aku terdesak sesak
Kini dayaku menipis habis
Dapatkah kau bayangkan
Ketika kau putuskan tinggalkanku
Dalam waktu sekian itu
Berapa detik yang harus kulewati
Dengan jantung yang berhenti
Bagai terkubur padang pasir
Angkatlah aku dengan lembut
Dekap aku dengan sejukmu
Selamatkan jiwaku yang terkapar
Benarkah cinta adalah bisa"
Trudious Artisia
Mendesir guguri sang lapuk
Sepoi suara hatiku
Ingin gelombangkan nada panggil
Agar pelukmu hampiri diriku
Menahannya menyiksa ruang batin
Melepasnya mengoyak tepian naluri
Kau tau?....Aku melemah
Dalam batas gerak atau henti
Jika sehari akalku mampu merela
Melangkah tanpa berita
Melesat tanpa pesan
Cintamu yang menghidupi
Dua hari akalku menggembung
Dipenuhi rindu yang memompa
Jutaan hasrat mendesak garda
Aku terdesak sesak
Kini dayaku menipis habis
Dapatkah kau bayangkan
Ketika kau putuskan tinggalkanku
Dalam waktu sekian itu
Berapa detik yang harus kulewati
Dengan jantung yang berhenti
Bagai terkubur padang pasir
Angkatlah aku dengan lembut
Dekap aku dengan sejukmu
Selamatkan jiwaku yang terkapar
Benarkah cinta adalah bisa"
Trudious Artisia
Minggu, 18 Maret 2018
RUMPUT LIAR
"Tak mengapa jika
Kau tercipta sebagai rumput liar
Tak usah pedih
Tak perlu berkerut hati
Tuhan tak mencipta suatu
Hanya untuk sia - sia
Ku tau kau tak pernah diinginkan
Mereka mencabut memangkasmu hingga akar
Kau tak layak hidup
Bagi mereka yang tak mengerti hakikatmu
Kau memang kecil
Keberadaanmu dipandang hina
Namun kebermanfaatanmu tajam
Kemampuan bertahan hidupmu tinggi
Ku pernah melihatmu tumbuh subur
Di atas batu karang nan terjal
Sesungguhnya ku tau
Kau miliki daya hancur terhadap bebatuan
Jangan bersedih
Kembangkan layar senyummu
Kau adalah tabir surya alami
Bagi permukaan tanah
Kala pancaran sinar surya meradang
Kau menjaga struktur tanah
Tetap berkondisi stabil
Kala hujan mulai melengkapi musim
Gembiralah
Kau adalah pelindung tanah
Dari degadrasi lingkungan
Akan kemungkinan erosi
Tumbuh rianglah
Bersama cinta Tuhan
Meski kau hanya rumput liar"
ArtisiaCenna
Kau tercipta sebagai rumput liar
Tak usah pedih
Tak perlu berkerut hati
Tuhan tak mencipta suatu
Hanya untuk sia - sia
Ku tau kau tak pernah diinginkan
Mereka mencabut memangkasmu hingga akar
Kau tak layak hidup
Bagi mereka yang tak mengerti hakikatmu
Kau memang kecil
Keberadaanmu dipandang hina
Namun kebermanfaatanmu tajam
Kemampuan bertahan hidupmu tinggi
Ku pernah melihatmu tumbuh subur
Di atas batu karang nan terjal
Sesungguhnya ku tau
Kau miliki daya hancur terhadap bebatuan
Jangan bersedih
Kembangkan layar senyummu
Kau adalah tabir surya alami
Bagi permukaan tanah
Kala pancaran sinar surya meradang
Kau menjaga struktur tanah
Tetap berkondisi stabil
Kala hujan mulai melengkapi musim
Gembiralah
Kau adalah pelindung tanah
Dari degadrasi lingkungan
Akan kemungkinan erosi
Tumbuh rianglah
Bersama cinta Tuhan
Meski kau hanya rumput liar"
ArtisiaCenna
Jumat, 16 Maret 2018
Sinar Gamma
"Tak pernah tau mengapa Peter Pan berpribadi tangguh. Tak ada getar dalam suaranya. Segalanya stabil ~ seperti gas mulia yang bersifat tenang, susah bereaksi dengan bahan kimia lain".
"Terbang riang menembus siang serta malam. Berguling di kapas angkasa. Berselancar lengkungi 7 warna di cakrawala. Tak pernah lepas tawa dari bibirnya. Seolah Neverland selalu berpihak padanya".
"Tegap melawan beringas capt. Hook. Mengangkat pedang dengan keyakinan pasti. Penuh siasat perlawanan tanpa tinggalkan pesona. Formula gaya itu yang membakar bara tungku amarah Hook si kapten.
"Begitu mengesankan ....Semua tantangan teratasi.
Sebab ia memiliki Tinkerbell. Segalanya ia rengekkan pada peri cantik itu sebelum ia berlaga dalam arena pentasnya. Tink wujudkan setiap hasrat bermain Peter. Tak berkekurangan cinta, ia. Isaknya hanya sampai pada peri lincahnya. Di luar itu, ia adalah anak dengan penuh keberdayaan. Energi yang tiada habisnya".
"Jika Peter Pan istimewa karna Tinkerbell. Begitu pula aku yang nampak membaja karenamu. Gemetarku hanya sampai padamu. Di luar itu, mereka melihatku sebagai sinar gamma".
Trudious Artisia
"Terbang riang menembus siang serta malam. Berguling di kapas angkasa. Berselancar lengkungi 7 warna di cakrawala. Tak pernah lepas tawa dari bibirnya. Seolah Neverland selalu berpihak padanya".
"Tegap melawan beringas capt. Hook. Mengangkat pedang dengan keyakinan pasti. Penuh siasat perlawanan tanpa tinggalkan pesona. Formula gaya itu yang membakar bara tungku amarah Hook si kapten.
"Begitu mengesankan ....Semua tantangan teratasi.
Sebab ia memiliki Tinkerbell. Segalanya ia rengekkan pada peri cantik itu sebelum ia berlaga dalam arena pentasnya. Tink wujudkan setiap hasrat bermain Peter. Tak berkekurangan cinta, ia. Isaknya hanya sampai pada peri lincahnya. Di luar itu, ia adalah anak dengan penuh keberdayaan. Energi yang tiada habisnya".
"Jika Peter Pan istimewa karna Tinkerbell. Begitu pula aku yang nampak membaja karenamu. Gemetarku hanya sampai padamu. Di luar itu, mereka melihatku sebagai sinar gamma".
Trudious Artisia
Senin, 26 Februari 2018
TERDIAM
"Engkau tak menerima diriku
Seperti beliau yang agung
Tak pernah cintaiku
Sejak diriku ada
'Aku tak mengharapkanmu'
Demikian kata itu mengambagi pikiranku
Tak hanya sekali terdengar
Tak juga samar tersampaikan
Tatkala aku terdiam melumat
Aku terlahir tidak menggembirakan
Tak mengapa....
Tuhan menciptaku bukan tanpa alasan
Kini kau pun menolakku
Aku sekian masalah untukmu
Terlampau berat katrol mengangkatku
Tuk menjadi pantas bagimu
Tatkala aku terdiam mencerna
Aku tak perlu berbesar harap
Rumput liar tak pernah terpilih
Menjadi pola taman sriwedari
Aku adalah dentang
Yang tak ingin kau dengar
Aku hanya cerita
Yang tak ingin kau simak
Usah kuberteriak
Untuk kau lihat
Lirih suaraku
Cukup terdengar jernihnya hati"
Trudious Artisia
Seperti beliau yang agung
Tak pernah cintaiku
Sejak diriku ada
'Aku tak mengharapkanmu'
Demikian kata itu mengambagi pikiranku
Tak hanya sekali terdengar
Tak juga samar tersampaikan
Tatkala aku terdiam melumat
Aku terlahir tidak menggembirakan
Tak mengapa....
Tuhan menciptaku bukan tanpa alasan
Kini kau pun menolakku
Aku sekian masalah untukmu
Terlampau berat katrol mengangkatku
Tuk menjadi pantas bagimu
Tatkala aku terdiam mencerna
Aku tak perlu berbesar harap
Rumput liar tak pernah terpilih
Menjadi pola taman sriwedari
Aku adalah dentang
Yang tak ingin kau dengar
Aku hanya cerita
Yang tak ingin kau simak
Usah kuberteriak
Untuk kau lihat
Lirih suaraku
Cukup terdengar jernihnya hati"
Trudious Artisia
Jumat, 23 Februari 2018
DAMAILAH DI JIWAKU
"Sepi hati yang tanpa kau singgahi
Lebih mencekam dari sunyi di hutan sendiri
Berjalan denganmu seorang
Lebih aman terasa bagiku
Dibanding ribuan kawalan mengitari
Cukuplah kau dengan cintamu
Rembulan tak perlu bintang lain
Tuk bersinar memancar indah
Hanya Matahari yang ia nanti
Tak peduli walau siang memucati
Butiran pasir pantai
Tak pernah terkikis habis
Walau ombak bergulung tak terhitung
Pun begitu ketersediaan cintaku atasmu
Jika arus sungai jembatan besi
Dapat menderu serta surut
Tidak dengan hasratku kan dirimu
Benakku padamu meluap setiap waktu
Sejenak aku tergugah
Menderukah juga kau padaku
Atau tenangku bersamamu, siksa bagimu
Tak ingin cintaku sekaratkan batinmu
Lestarilah bersamaku
Meretas kode kehidupan
Jelajahi elok dunia kahyangan
Damailah di jiwaku"
Trudious Artisia
Lebih mencekam dari sunyi di hutan sendiri
Berjalan denganmu seorang
Lebih aman terasa bagiku
Dibanding ribuan kawalan mengitari
Cukuplah kau dengan cintamu
Rembulan tak perlu bintang lain
Tuk bersinar memancar indah
Hanya Matahari yang ia nanti
Tak peduli walau siang memucati
Butiran pasir pantai
Tak pernah terkikis habis
Walau ombak bergulung tak terhitung
Pun begitu ketersediaan cintaku atasmu
Jika arus sungai jembatan besi
Dapat menderu serta surut
Tidak dengan hasratku kan dirimu
Benakku padamu meluap setiap waktu
Sejenak aku tergugah
Menderukah juga kau padaku
Atau tenangku bersamamu, siksa bagimu
Tak ingin cintaku sekaratkan batinmu
Lestarilah bersamaku
Meretas kode kehidupan
Jelajahi elok dunia kahyangan
Damailah di jiwaku"
Trudious Artisia
Selasa, 20 Februari 2018
Jumat, 16 Februari 2018
Senin, 29 Januari 2018
Senin, 15 Januari 2018
Senin, 08 Januari 2018
LELAKI KECIL
"Radio
Sore hari
Mendung gelayut
Lagumu mengudara
Hotline Bling
Suara datarmu membisik
Senandungkan
You used to call me on my cell phone
Dulu kusuka tatap jauh matamu
Temukan ruang sepi berkelok di sana
Ruang yang sama seperti di mataku
Kubagai duduk di ruangmu
Warnai interiornya dengan senyum manisku
Sore ini
Aku teringat padamu, Lelaki kecil
Inginku duduk di atas jembatan
Di bawahnya mengalir sungai
Bersamamu.....ya bersamamu
Engkau yang mengerti caraku berceloteh
Kita sama
Sama sama rasakan pedih kehilangan
Kita bungkus duka dengan diam ceria
Memfilsafati gelombang rasa yang mengada
Rindukah dirimu akan diriku kini?
Pecah tangisku
Rindu ini memeras soreku
Lekas dewasa, Lelaki kecil
Ketuk ruang sepiku
Warnai dengan senyum manismu
Ada banyak kisah menunggu....."
Trudious Artisia
Sore hari
Mendung gelayut
Lagumu mengudara
Hotline Bling
Suara datarmu membisik
Senandungkan
You used to call me on my cell phone
Dulu kusuka tatap jauh matamu
Temukan ruang sepi berkelok di sana
Ruang yang sama seperti di mataku
Kubagai duduk di ruangmu
Warnai interiornya dengan senyum manisku
Sore ini
Aku teringat padamu, Lelaki kecil
Inginku duduk di atas jembatan
Di bawahnya mengalir sungai
Bersamamu.....ya bersamamu
Engkau yang mengerti caraku berceloteh
Kita sama
Sama sama rasakan pedih kehilangan
Kita bungkus duka dengan diam ceria
Memfilsafati gelombang rasa yang mengada
Rindukah dirimu akan diriku kini?
Pecah tangisku
Rindu ini memeras soreku
Lekas dewasa, Lelaki kecil
Ketuk ruang sepiku
Warnai dengan senyum manismu
Ada banyak kisah menunggu....."
Trudious Artisia
Langganan:
Postingan (Atom)